Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja industri baja ringan masih terhimpit rendahnya utilitas kapasitas produksi, meskipun secara perlahan telah mengalami pemulihan pada tahun lalu.
Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI) mencatat, rata-rata utilitas kapasitas produksi masih berada di angka 40 persen, dengan total kapasitas produksi profil baja ringan sebesar 800.000 ton. Dengan demikian, perkiraan produksi profil baja ringan sepanjang tahun lalu, yakni 320.000 ton.
Ketua Umum ARFI Nicolas Kesuma mengatakan, angka tersebut mengalami pertumbuhan sekitar 20 persen dari 2020, di mana produksi anjlok cukup dalam. Tahun ini, dengan gencarnya program vaksinasi dan insentif dari pemerintah, produksi diharapkan bisa terkerek hingga 15 persen.
“Target kami minimum 15 persen, karena vaksinasi sudah hampir 100 persen. Ketika masyarakat 100 persen tervaksinasi, kami harapkan industri akan tumbuh,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (9/2/2022).
Salah satu insentif yang diharapkan dapat ikut mengerek kinerja pada tahun ini adalah perpanjangan diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di sektor perumahan.
Nicolas tetap meyakini ada dampak berganda yang menyentuh industri baja ringan dari perpanjangan insentif tersebut, meski daya beli masyarakat terhadap perumahan belum sepenuhnya pulih.
Baca Juga
Perpanjangan PPN Ditanggung Pemerintah (DTP) ditengarai juga karena animo masyarakat yang belum terlalu tinggi dalam membeli rumah.
Menurut catatan Kementerian Keuangan, realisasi serapan insentif PPN DTP Rumah merupakan yang paling rendah di klaster insentif dunia usaha, yakni sebesar Rp0,79 triliun.
Anggaran yang masuk dalam dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tersebut tercatat dimanfaatkan oleh 941 pengembang.
“Secara efek domino pasti memberikan dampak positif ke industri baja ringan, tetapi balik lagi masyarakat prioritasnya ke mana,” ujar Nicolas.
Dengan adanya perbaikan kondisi usaha di dalam negeri, Nicolas berharap, dapat mengerek utilitas kapasitas produksi sebesar 15 persen hingga 20 persen dari yang saat ini di bawah 50 persen.