Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masyarakat Turki Diminta Konversi Aset ke Lira, Apa Penyebabnya?

Erdogan telah menempuh sejumlah langkah untuk menahan kolapsnya lira.
Hagia Sophia di Istanbul, Turki./Antara/Nanien Yuniar
Hagia Sophia di Istanbul, Turki./Antara/Nanien Yuniar

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Turki mulai mendorong masyarakat untuk mengkonversi asetnya ke mata uang lira guna mendukung pemulihan ekonomi di negaranya yang tengah dilanda inflasi.

Dilansir Bloomberg pada Minggu (30/1/2022), sebuah siaran video di televisi nasional dan media sosial pada Minggu memuji kerja keras warga dan meminta mereka untuk menginvestasikan tabungan mereka ke deposito berjangka lira Turki yang menawarkan perlindungan dari depresiasi mata uang.

Nilai tukar lira telah merosot terhadap dolar AS dalam beberapa tahun terakhir, anjlok ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya menjelang akhir 2021.

Presiden Recep Tayyip Erdogan memulai sejumlah langkah untuk menghentikan kolapsnya lira sejak 20 Desember. Mata uang lokal mulai relatif stabil pada bulan ini.

Sementara itu, Bank sentral juga telah menempatkan lira sebagai pusat kebijakannya dan berjanji akan melindunginya.

“Kami akan menurunkan suku bunga seperti yang telah kami lakukan,” kata Erdogan, setelah bank sentral Turki menghentikan siklus penurunan suku bunga bulan ini yang memangkas 500 basis poin dari suku bunga acuan sejak September.

Siklus pelonggaran yang agresif disertai dengan inflasi yang tidak terkendali, yang telah menyebabkan kemarahan di antara orang Turki yang telah menyaksikan erosi yang dalam pada daya beli mereka dalam beberapa bulan.

“Kami menyadari fakta bahwa inflasi merupakan beban serius bagi warga," kata Erdogan pada hari Sabtu di provinsi utara Giresun.

“Saya ulangi di sini, karena Anda sudah tahu perjuangan saya melawan suku bunga; kami akan menurunkan suku bunga seperti yang telah kami lakukan. Inflasi juga akan turun.”

Inflasi Turki melonjak ke level tertinggi dalam 19 tahun pada Desember menjadi 36 persen. Kendati demikian, masyarajat mengklaim bahwa biaya hidup melonjak lebih dari yang ditunjukkan oleh data resmi.

Presiden Erdogan menunjuk Erhan Cetinkaya sebagai presiden baru Institut Statistik Turki, atau TurkStat, setelah menjabat sebagai wakil ketua Badan Pengaturan dan Pengawasan Perbankan sejak 2019.

Sementara itu, Sait Erdal Dincer telah diberhentikan dari tugas hanya 11 bulan setelah pengangkatannya, menurut Keputusan dalam berita resmi yang diterbitkan pada Sabtu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper