Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Senior Institute for Developent of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan pemerintah perlu fokus mengembangkan kawasan industri yang saat ini sudah beroperasi.
Aviliani meyakini dampak ekonomi dari pengembangan kawasan industri eksisting akan lebih besar ketimbang menggarap daerah-daerah baru.
"Jadi yang sudah ada pasarnya, itu yang dikembangkan supaya ekonomi bisa tumbuh di dalam negeri. Saya rasa itu lebih penting," kata Aviliani dalam webinar, Kamis (27/1/2022).
Dia melanjutkan upaya pengembangan kawasan industri eksisting tersebut termasuk penyediaan daya dukung fasilitas berupa infrastruktur dan utilitas. Hal inilah yang perlu terus didorong oleh pemerintah.
Menurut Aviliani, konsep daya saing yang didahului daya dukung, tidak berubah meski industri telah memasuki era digitalisasi.
"Terkait daya saing, tidak sekadar perusahaan memproduksi, tetapi ada faktor infrastruktur. Juga pemerintah di situ. Dengan daya dukung yang kuat, maka kawasan-kawasan yang sedang dibangun baru mempunyai daya saing," jelasnya.
Menurut catatan Kementerian Perindustrian hingga Januari 2022, terdapat 135 perusahaan kawasan industri dengan total luas lahan sebesar 65.532 hektare yang tersebar di Pulau Jawa, Kalimantan, Maluku, Papua, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Sumatera.
Dari 135 kawasan industri tersebut, baru 46 persen atau 30.464 hektare diantaranya yang sudah terisi oleh tenan industri.
Pemerataan pembangunan industri yang dilakukan pemerintah yakni dengan mengakselerasi fasilitasi pengembangan 27 kawasan industri yang masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)2020–2024 dan 16 Proyek Strategis Nasional (PSN).