Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tarif KRL Bakal Naik, Anker Pilih Moda Angkutan Lain?

Meski begitu, kedua Angker tersebut mengaku tetap akan menggunakan layanan KRL seperti biasanya. Alasannya, bagi Finta maupun Tio, moda angkutan itu masih lebih murah dan efisien dibandingkan dengan angkutan lainnya.
Sejumlah penumpang KRL Commuter Line tiba di Stasiun Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Senin (3/1/2022). ANTARA FOTO/Fauzan
Sejumlah penumpang KRL Commuter Line tiba di Stasiun Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Senin (3/1/2022). ANTARA FOTO/Fauzan

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian tengah mengkaji usulan kenaikan tarif Kereta Rel Listrik (KRL) pada April 2022.

Nantinya, direncanakan tarif perjalanan menggunakan moda transportasi favorit di Jabodetabek itu akan naik dari Rp3.000 menjadi Rp5.000 untuk 25 kilometer pertama, sedangkan 10 kilometer selanjutnya bakal dikenakan penambahan biaya Rp1.000.

Lantas bagaimana tanggapan para pelanggan KRL yang kerap disebut anker atau Anak Kereta? Apakah akan tetap menggunakan layanan Commuter Line atau berpindah ke moda angkutan lain?

Finta (28), salah seorang anker yang hari-harinya berangkat kerja menggunakan KRL merasa wacana kenaikan tarif tersebut akan memberatkan. Terlebih, dia selama ini melakukan perjalanan yang cukup jauh, yakni dari Stasiun Tanah Abang ke Bogor.

“Lumayan memberatkan ya. Bisa-bisa ongkosnya dua kali lipat ini. Belum lagi nanti setibanya di stasiun harus naik ojek online juga kalau buru-buru ke kantor,” keluhnya, Kamis (13/1/2021).

Hal yang sama juga disampaikan Tio (28). Meskipun dia tidak setiap hari menggunakan layanan KRL, tapi menurutnya kenaikan tarif itu akan cukup terasa berat walaupun hanya Rp2.000.

“Kacau lah. Masa [tarif KRL] ikutan naik. Udah sekarang LPG naik, tol naik, minyak goreng naik, eh KRL juga ikutan naik,” celetuknya.

Meski begitu, kedua anker tersebut mengaku tetap akan menggunakan layanan KRL seperti biasanya. Alasannya, bagi Finta maupun Tio, moda angkutan itu masih lebih murah dan efisien dibandingkan dengan angkutan lainnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan bahwa jika tarif KRL dinaikan dari Rp3.000 menjadi Rp5.000, maka pemerintah harus melakukan antisipasi pengendalian perpindahan moda transportasi yang kemungkinan dilakukan masyarakat.

Namun, YLKI juga memprediksi sebagian warga masih akan memilih naik KRL meski tarifnya naik.

“Jadi memang harus ada aspek pengendalian sebenarnya, pengendalian sepeda motor, pengendalian roda empat, dan lain sebagainya. Di satu sisi kita sudah menyediakan transportasi publik yang aman dan nyaman, tapi di sisi lain juga harus ada upaya pengendalian,” ujarnya dalam diskusi virtual, Rabu (12/1/2022).

Tulus menyebut, ada beberapa pilihan moda transportasi dari KRL yang mungkin akan dipilih masyarakat. Paling tinggi, katanya, YLKI mencatat terjadi pada moda transportasi kendaraan bermotor. Setelahnya di susul oleh bus, angkutan online motor, hingga penggunaan mobil pribadi.

Kendati demikian, dia memastikan 95,5 persen masyarakat akan tetap menggunakan layanan KRL, lantaran tidak ada lagi moda transportasi lain yang memiliki harga lebih murah selain moda transportasi kereta api.

“Namun apakah mereka akan tetap menggunakan kereta Commuter, jawabannya adalah 95,5 persen akan tetap menggunakan moda transportasi kereta api meskipun tarif dinaikkan. Saat ini moda transportasi kereta api masih dianggap sebagai moda transportasi yang paling murah oleh responden pada survei yang dilakukan YLKI,” imbuhnya.

Sebelumnya, Kasubdit Penataan dan Pengembangan Jaringan Direktorat Lalu Lintas dan Kereta Api Ditjen Perkeretaapian Kemenhub Arif Anwar mengatakan, rekomendasi usulan kenaikan tarif tersebut merupakan hasil kajian kemampuan membayar (ability to payment) dan kesediaan pengguna untuk membayar (willingness to pay) kereta api perkotaan.

Dia menuturkan, tarif KRL belum pernah dinaikkan sejak 2015, sehingga rencana kenaikan tarif KRL ini diwacanakan berlaku pada 1 April 2022.

“Dari survei yang dilakukan di lingkup Jabodetabek, rata-rata kemampuan membayar masyarakat sebesar Rp8.486 untuk ongkos KRL, sedangkan kesediaan membayar masyarakat pada moda Commuter Line sebesar Rp4.625,” terang Arif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmi Yati
Editor : Lili Sunardi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper