Bisnis.com, JAKARTA – KAI Commuter mengeklaim tak melakukan penyesuaian tarif sejak 2015. Saat ini KRl Jabodetabek total memiliki sebanyak 105 stasiun dengan tarif terendah sebesar Rp3.000 dan tarif tertingginya Rp13.000.
Direktur Operasi dan Pemasaran KAI Commuter Wawan Ariyanto merinci pada 2013 tarif KRL Commuter ditetapkan sebesar Rp3.000 untuk lima stasiun pertama dan per tiga stasiun berikutnya sebesar Rp1.000. Kemudian pada 2015 biayanya menjadi sebesar Rp2.000 untuk 25 kilometer pertama dan setiap 10 kilometer berikutnya sebesar Rp1.000.
Selanjutnya, pada 2016, tarif KRL Commuter menjadi Rp3.000 untuk 25 kilometer pertama dan setiap 10 kilometer berikutnya sebesar Rp1.000. Sementara ada skema tarif terjauh sebesar Rp 12.000. Lalu tahun 2017, untuk 25 kilometer pertama sebesar Rp3.000 dan setiap 10 kilometer berikutnya Rp1.000 dengan tarif terjauh Rp 13.000.
“Sementara tahun 2021, skema tarifnya yaitu sebesar Rp 3.000 untuk 25 kilometer pertama dan ditambah 1.000 untuk setiap 10 kilometer berikutnya,” ujarnya, Rabu (13/1/2022).
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) saat ini tengah membahas rencana kenaikan tarif KRL Jabodetabek menjadi Rp5.000 dari sebelumnya Rp3.000 di 25 kilometer (km) pertama. Kenaikan tarif ini diusulkan naik pada April 2022.
Direktur Sarana Perhubungan Darat Kemenhub Risal Wasal mengatakan pemerintah tidak pernah melakukan penyesuaian tarif perjalanan KRL sejak 2015.
“Jadi, untuk tarif KRL Jabodetabek memang sejak tahun 2015 belum pernah dilakukan penyesuaian, hal tersebut mengakibatkan beban subsidi PSO Jabodetabek setiap tahunnya yang meningkat,” ujarnya.
Risal menambahkan berdasarkan hasil kajian Pemerintah dengan sejumlah stakeholders terkait berencana untuk mengusulkan penyesuaian tarif Jabodetabek. Pemerintah pun masih mengusulkan, setelah itu baru baru akan memutuskan berapa kenaikannya.
“Jadi, mulai 1 April 2022 direncanakan akan dilakukan penyesuaian tarif dari sebelumnya Rp3.000 menjadi Rp5.000 untuk tarif 0-25 km,” terangnya.
Sementara itu, untuk nilai kontrak subsidi anggaran perintis dalam empat tahun terakhir yaitu pada 2018 (Rp193,40 miliar), 2019 (Rp183,96 miliar), 2020 (Rp159,01 miliar), dan 2021 (Rp211,70 miliar).