Bisnis.com, JAKARTA — Volume produksi industri hilir kehutanan tumbuh 2,5 persen sepanjang tahun lalu, dengan nilai ekspansi nilai ekspor sebesar 30,7 persen.
Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) mencatat produksi kayu hutan alam mencapai 6,03 juta meter persegi pada 2021 dengan pertumbuhan 14,4 persen secara year-on-year. Adapun, produksi kayu hutan tanaman tercatat sebesar 46,43 juta meter persegi, tumbuh 1,2 persen dari capaian 2020.
Dengan demikian, Ketua Umum APHI Indroyono Soesilo mengatakan secara total produksi industri pada tahun lalu tumbuh 2,5 persen menjadi 52,46 juta meter persegi.
Adapun, capaian ekspor melesat tumbuh 30,7 persen menjadi US$14,48 miliar dari nilai 2020 sebesar US$11,07 miliar. Tahun ini Indroyono memproyeksikan nilai ekspor dapat tumbuh berkisar US$15 miliar hingga US$16 miliar.
"Sekarang kita pada posisi pasca Covid-19 di mana ekonomi dunia berkembang sangat pesat, Jadi diperkirakan ekspor kami untuk 2022 ini minimal sama, dan diharapkan sampai tembus US$15 miliar-US$16 miliar," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (13/2/2022).
Adapun, diantara sembilan produk industri hilir kehutanan, yang mencatatkan kenaikan ekspor paling tinggi yakni serpih kayu dengan pertumbuhan 90,8 persen dan panel 83 persen.
Meski kinerja ekspor melesat, kendala logistik masih menjadi masalah krusial yang belum mereda setidaknya sampai awal tahun ini.
"Kalau nanti ekspor akan meningkat, pasti kendalanya masih di masalah logistik. Ini yang akan menentukan daya saing kita," lanjutnya.
Seiring dengan kinerja ekspor yang tetap prospektif, Indroyono juga memperkirakan pasar domestik akan mulai pulih pada tahun ini. APHI mendorong regulasi terkait penggunaan kayu legal dalam proyek-proyek konstruksi yang dibiayai APBN untuk mengerek serapan produk kayu di pasar dalam negeri.
"Kami juga sedang membuat analisis mengenai SNI untuk bangunan kayu dalam negeri, beberapa sudah banyak [melakukan analisis], kami tinggal dorong saja," ujar Indroyono.