Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Tegur KFC Sebut Promosinya Dukung Membuang Makanan

Asosiasi Konsumen China mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa promosi yang dilakukan oleh merek makanan cepat saji asal Amerika Serikat itu berlebihan.
KFC/Istimewa
KFC/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - China mendesak konsumen untuk meboikot promosi yang dilakukan oleh KFC dan peritel mainan Pop Mart International Group Ltd. Hal ini semakin memperlihatkan tindakan keras terhadap merek asing.

Asosiasi Konsumen China mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa promosi yang dilakukan oleh merek makanan cepat saji asal Amerika Serikat itu berlebihan.

Asosiasi ini juga menambahkan bahwa setiap orang telah membeli 106 menu dengan menghabiskan 10.500 yuan (US$1.650) untuk mendapatkan seluruh koleksi mainan.

Orang-orang membayar orang lain untuk makan makanan tambahan yang mereka beli dalam sepekan sejak promosi dimulai atau bahkan mereka membuang makanan itu.

"Sebagai peritel makanan, KFC telah mengajak dan mendorong pembelian makanan berlebihan yang tidak rasional. Ini melanggar moral dan norma, serta semangat hukum," kata asosiasi yang merupakan sebuah organisasi nasional yang diawasi oleh pemerintah, dilansir Bloomberg pada Rabu (12/1/2022).

Sebuah poster promosi muncul di layanan Weibo, yang mirip Twitter, menunjukkan boneka bertema KFC dimaksudkan untuk menandai tahun ke-35 raksasa makanan cepat saji itu di negara Asia.

Perwakilan Yum China Holdings Inc., yang merupakan operator KFC dan Pop Mart tidak segera merespons permintaan komentar. Namun, tidak ada dampak pada saham kedua perusahaan di Hong Kong, dengan Yum naik 0,9 persen pada penutupan dan Pop Mart naik 7,2 persen.

Pemerintah China dan media pemerintah sering mengkritik merek asing, menghajar penjualan dan memaksa eksekutif untuk meminta maaf. Canada Goose Holdings Inc., Mercedes-Benz, Walmart Inc. dan Intel Corp., semuanya telah dipanggil sejak akhir tahun lalu.

Pemerintah Presiden China Xi Jinping meluncurkan kampanye mendadak pada 2020 untuk mengurangi limbah makanan. Pihak berwenang kemudian menekankan bahwa negara itu memiliki cadangan makanan yang cukup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper