Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Tekstil Prospektif, Pan Brothers (PBRX) Siap Cuan?

Pan Brothers memperkirakan permintaan tahun ini akan tetap prospektif dengan 97 persen di antaranya untuk ekspor.
Proses penjahitan produk tekstil di pabrik PT Pan Brothers Tbk. /panbrotherstbk.com
Proses penjahitan produk tekstil di pabrik PT Pan Brothers Tbk. /panbrotherstbk.com

Bisnis.com, JAKARTA — Produsen tekstil PT Pan Brothers Tbk. (PBRX) akan melanjutkan rencana meningkatkan kapasitas produksi sebanyak 11,1 persen menjadi 130 juta potong, dari sebelumnya 117 juta potong.

Sekretaris Perusahaan Pan Brothers Iswardeni mengatakan kapasitas akan otomatis naik seiring dengan meningkatnya permintaan pada tahun ini.

"Prasarana sudah ada, setelah restrukturisasi semoga selesai pada kuartal I dan cash flow tersedia, kami baru ngebut," kata Iswardeni saat dihubungi, Selasa (11/1/2022).

Dia melanjutkan saat ini perseroan hanya terkendala arus kas yang macet karena belum tuntasnya restrukturisasi. Sementara itu, permintaan diperkirakan akan tetap prospektif dengan 97 persen di antaranya untuk ekspor.

Kendala arus kas juga menghambat perseroan dalam menangkap peluang limpahan order dari negara lain pada tahun lalu. Pengetatan modal kerja menyebabkan perusahaan tidak bisa menerima semua pesanan yang masuk, padahal industri dalam negeri sempat diuntungkan dengan kondisi kendala produksi di Vietnam.

Seiring dengan hal tersebut, pada tahun ini Pan Brothers membidik pertumbuhan pendapatan satu digit hingga dua digit rendah.
 
Adapun proses restrukturisasi utang masih berlangsung dengan agenda selanjutnya Sidang Skema di Pengadilan Tinggi Singapura pada 17 Januari 2022. Selama restrukturisasi berlangsung, perseroan menjamin kegiatan operasional tetap berjalan.

Dihubungi terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman optimistis industri dapat tumbuh positif pada tahun ini di kisaran 3 persen hingga 4 persen.

Pasar ekspor dinilai tetap menjanjikan, sedangkan perbaikan pasar domestik sudah dimulai sejak kuartal terakhir tahun lalu.

"Penjagaan pasar dalam negeri sudah cukup bagus melalui pengendalian impor dan substitusi impor kemudian restrukturisasi yang berjalan, demand sudah membaik, aktivitas masyarakat cukup normal," ujarnya.

Namun demikian, sejumlah tantangan yang akan dihadapi industri pada tahun ini antara lain kenaikan tarif dasar listrik sebagai dampak pengenaan pajak karbon, inflasi barang-barang pokok, dan ketersediaan batu bara untuk kebutuhan energi di industri.

Rizal berharap wacana kenaikan tarif dasar listrik diurungkan pada tahun ini mengingat dampaknya terhadap industri tekstil.

"Mungkin iya [akan menganggu pertumbuhan]. Mudah-mudahan kenaikannya tidak terlalu tinggi, atau jangan naik dulu," ujarnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper