Bisnis.com, JAKARTA – Petani tebu mengkhawatirkan dampak dari naiknya alokasi impor gula untuk kebutuhan konsumsi pada harga tebu ketika masa panen. Volume impor yang mencapai 900.000 ton dinilai terlalu besar.
Sekretaris Jenderal DPN Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) M. Nur Khabsyin berpendapat stok gula pada awal 2022 yang mencapai 1,1 juta ton sejatinya bisa memenuhi kebutuhan sampai Mei, bulan ketika masa giling tebu dimulai. Kedatangan gula mentah impor pada periode tersebut dia sebut bisa makin menekan harga gula.
"Ada impor sekitar 900.000 ton, kalau dengan konsumsi sekitar 230.000 ton per bulan, stok awal sekitar 1,1 juta ton sebenarnya sangat memadai," kata Nur Khabsyin, Selasa (11/1/2022).
Dia mengatakan impor yang kemungkinan masuk secara bertahap mulai Februari bakal bersamaan dengan masa giling yang setidaknya dimulai pada Mei 2022. Risiko waktu impor dan masa giling yang bersamaan dia sebut merupakan imbas dari pembuatan kebijakan yang tidak melibatkan petani.
"Sebelumnya ada Dewan Gula dan petani selalu diajak rembuk. Namun kali ini tidak tidak ada lembaga yang menggodok secara khusus soal pergulaan," kata dia.
Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat menilai alokasi impor gula mentah yang meningkat banyak dipengaruhi oleh antisipasi pemerintah soal pemerataan stok gula. Meski data memperlihatkan stok mencapai 1,1 juta ton, tetapi keberadaan gula konsumsi banyak terkonsentrasi di sentra produksi.
Baca Juga
"Saya kira pertimbangannya karena logistik juga karena hampir 50 persen produksi ada di Jawa Timur. Di samping itu harga gula mentah dunia mengalami kenaikan sehingga importir harus bisa antisipasi sejak dini," katanya.
Persebaran stok gula yang tidak merata setidaknya tecermin dari disparitas harga gula pasir di pedagang. Per 10 Januari 2022, harga gula di Papua Barat mencapai Rp14.750 per kilogram, sementara di Jawa Timur Rp12.372 per kilogram.
Budi juga mengatakan impor gula mentah untuk konsumsi akan datang secara bertahap karena pasokan global cenderung masih ketat. Volume kedatangan ini, lanjutnya, akan memengaruhi kondisi pasar.
"Gula yang diimpor tidak akan langsung masuk dalam volume besar, kemungkinan akan bertahap sehingga dampak ke harga tebu bisa ditekan," katanya.