Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral Eropa (ECB) memprediksi ambisi untuk melalukan transisi energi dapat memicu kenaikan harga atau inflasi.
"Pada lingkungan dengan kelebihan dan gangguan suplai, transisi energi dapat memicu inflasi akan tetap tinggi dan lama, sehingga berpotensi meningkatkan risiko prediksi inflasi yang tidak stabil," kata Dewan Eksekutif ECB Isabel Schnabel dalam pidatonya kepada American Economic Association, dikutip Bloomberg pada Sabtu (8/1/2022).
Dia mengatakan ECB perlu bertindak dalam skenario seperti itu. Hal itu disampaikan setelah data harga konsumen dirilis pada Jumat yang naik menjadi 5 persen pada Desember, tertinggi dalam sejarah kawasan dengan mata uang yang sama itu.
Itu memperumit prediksi ECB bahwa lonjakan harga dalam beberapa bulan terakhir akan meredam karena ketegangan pasokan mereda dan biaya energi yang terelaksasi.
Sebelumnya, ECB memperkirakan inflasi akan mencapai 3,2 persen pada tahun ini dan menjadi 1,8 persen pada 2023 dan 2024.
Namun, Schnabel menyatakan pada Sabtu bahwa asumsi pada komponen energi dipenuhi dengan ketidakpastian yang signifikan.
"Penurunan inflasi ke level di bawah 2 persen pada akhir horizon proyeksi bergantung pada asumsi yang diturunkan dari kurva berjangka bahwa pada tahun 2023 dan 2024 energi diperkirakan tidak akan berkontribusi terhadap inflasi headline. Sejarah menunjukkan bahwa profil seperti itu tidak biasa," ujarnya.
Sebuah analisis menunjukkan bahwa cukup bagi harga minyak untuk tetap pada level November 2021 agar inflasi indeks harmonisasi harga konsumen (HICP) pada 2024 mencapai target harga 2 persen yang ditetapkan ECB.
Sementara transisi energi menimbulkan risiko terbalik terhadap perkiraan inflasi ECB, saat ini tidak ada tanda-tanda efek putaran kedua yang lebih luas, kata Schnabel.
Seperti diketahui, Uni Eropa ingin menjadi kawasan bebas karbon yang pertama pada 2050, sebuah upaya yang disebut sebagai Green Deal. Hal ini mnedasari rencana anggaran dalam 7 tahun ke depan.
Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan bulan lalu bahwa inflasi kemungkinan akan tetap tinggi dalam waktu dekat sebelum melambat pada 2022 hingga mencapai di bawah target 2 persen.