Bisnis.com, JAKARTA - China akan memperpanjang program keringanan pajak penghasilan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.
Dewan Negara menyatakan pada Rabu (29/12/2021) pajak preferensial pada bonus akhir tahun tetap berlaku hingga akhir 2023. Sementara itu, pemerintah akan melanjutkan pemberlakukan pajak yang lebih murah atas insentif ekuitas hingga 2022 dan pembebasan pajak bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Dengan demikian, pajak pendapatan individu tahunan bakal berkurang hingga 110 miliar yuan (US$17,3 miliar).
Adapun untuk masyarakat berpenghasilan tinggi dengan bonus akhir tahun hingga 500.000 yuan, perpanjangan potongan pajak untuk bonus dapat membantu menghemat sekitar 77.000 yuan, menurut perhitungan Bloomberg.
Pengumuman ini dilakukan tidak lama sebelum tahun baru China yang menjadi musim belanja tersibuk. Seiring dengan upaya pemulihan perlambatan yang disebabkan oleh kemerosotan properti yang memburuk, konsumsi yang lemah, dan penyebaran virus, kebijakan ini dapat mendorong pertumbuhan penjualan ritel.
"Perekonomian China masih perlu dukungan kebijakan dan pemangkasan pajak adalah stimulus yang penting," ungkap anggota Chinese Tax Institute Jiao Ruijin dilansir Bloomberg.
Keringanan pajak kali ini juga akan meningkatkan moral dari pekerja tingkat tinggi setelah pemerintah mendorong pertumbuhan perusahaan teknologi mengingat bahwa kelompok yang mendapat bonus akhir tahun yang besar biasanya adalah orang-orang yang menguasai teknologi inti.
China saat ini memungut pajak atas gaji secara progresif melalui tujuh lapisan dari 3 persen - 45 persen dan memungut pajak atas pendapatan lain seperti royalti dan dividen dengan tarif yang berbeda.