Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom AS Peringatkan Ketidaksetaraan Inflasi pada Tahun Depan

Hal ini lantaran anggaran yang lebih besar diarahkan untuk pengeluaran yang mengalami kenaikan harga.
Warga melewati bagian depan salah satu toko Apple di New York, Amerika Serikat/The Verge
Warga melewati bagian depan salah satu toko Apple di New York, Amerika Serikat/The Verge

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi telah menyebabkan ketidaksetaraan inflasi, mengorbankan rumah tangga miskin yang harus menanggung beban kenaikan harga.

Hal ini lantaran anggaran yang lebih besar diarahkan untuk pengeluaran yang mengalami kenaikan harga. Contohnya, makanan naik 6,4 persen dalam setahun ke belakang dan bahan bakar naik 58 persen.

"Mereka pada dasarnya mencari untuk meregangkan satu dolar hampir setiap hari. Ini akan mengarah pada pilihan sulit antara memasukkan bensin ke dalam mobil atau membayar penitipan anak-anak Anda atau meletakkan makanan di atas meja," kata Chris Wimer, Direktur Pusat Kebijakan Kemiskinan & Sosial Columbia University, seperti dikutip dari CNBC.

Analisis terbaru oleh Model Anggaran Penn Wharton menemukan bahwa rumah tangga berpenghasilan rendah dan menengah membelanjakan pengeluaran sekitar 7 persen lebih banyak pada 2021 untuk produk yang sama dibandingkan dengan pada 2020 atau pada 2019.

Hal itu berarti sekitar US$3.500 untuk rata-rata rumah tangga. Sebaliknya, pengeluaran rumah tangga kaya hanya naik 6 persen. Disparitas seperti ini sering terjadi pada periode inflasi, kata Kent Smetters yang mengelola model Penn Wharton.

Kendati demikian, sejak 1980-an, rumah tangga yang lebih kaya telah mengalihkan lebih banyak pendapatan mereka dari barang ke jasa. Contohnya, pada 2020, makanan masuk dalam anggaran sebesar 12,7 persen dari 5 persen rumah tangga teratas, dibandingkan dengan 16 persen dari anggaran untuk 20 persen terbawah.

Namun, gangguan rantai pasok telah mendorong harga komoditas yang menjadi andalan rumah tangga miskin. "Apa yang mereka beli telah terpukul keras oleh krisis pasokan. Ini terjadi lebih luas daripada di masa lalu," kata Smetters.

Dengan demikian, para ahli khawatir kemiskinan akan meningkat pada awal 2022 karena tunjangan federal terkait pandemi dihapus dan paket belanja sosial Presiden Amerika Serikat Joe Biden terhenti di meja Kongres.

Yang menjadi perhatian khusus adalah berakhirnya pembayaran bulanan kredit pajak anak senilai US$300 per bulan untuk setiap anak di bawah 6 tahun dan US$250 untuk anak-anak.

Padahal, menurut Columbia University, manfaat tersebut dapat mengeluarkan hampir 4 juta anak keluar dari kemiskinan. Cek bulanan terakhir dikeluarkan pada 15 Desember.

"Anda melihat dampak yang cukup jelas dari pembayaran tersebut. Kami jelas semua khawatir tentang Januari," kata Chris Wimer.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Sumber : CNBC
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper