Bisnis.com, JAKARTA - Pemulihan ekonomi akan mendorong tingkat remitansi global sehingga diperkirakan tumbuh hingga US$34 miliar pada tahun ini dan sekitar US$31 miliar pada 2022 setelah terperosok pada tahun lalu.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (28/12/2021), hal tersebut sesuai dengan hasil studi Asian Development Bank (ADB). Pertumbuhan remitansi atau pengiriman uang akan mencapai 4,8 persen secara global tahun ini.
Perkiraan pertumbuhan pengiriman uang tersebut seiring dengan keinginan pekerja migran untuk menebus pengiriman uang yang hilang pada 2020, seperti dilaporkan oleh ADB dalam pembaruan publikasi setelah merilisnya pada awal krisis Covid-19.
Namun, penelitian tersebut memperkirakan pertumbuhan repatriasi uang oleh pekerja migran akan melambat menjadi 4,2 persen pada 2022.
"Pemerintah harus meningkatkan kolaborasi untuk menetapkan prosedur yang fleksibel untuk mobilitas tenaga kerja lintas batas, serta memastikan akses yang lebih besar kepada perlindungan sosial dan layanan kesehatan," kata ADB.
Kontraksi ekonomi pada saat lonjakan kasus Covid-19 telah berujung pada pemberhentian angkatan kerja dan pemangkasan jam kerja di sejumlah negara. Hal ini menyebabkan gelombang pulang kampoung oleh pekerja migran yang tidak diduga sebelumnya.
Baca Juga
Gelombang kepulangan tersebut termasuk 400.000 warga Filipina dan 4 juta warga India pada 2020 yang mayoritas kembali dari Timur Tengah dan Amerika Serikat.
ADB mengatakan simulasi yang dibuatnya berdasarkan pandangan pesimistis terhadap pemulihan pandemi di Asia Pasifik dengan lonjakan kasus yang diprediksi pada 2022 meski jumlah kasus baru masih 50 persen di bawah tahun 2021.
Kendati dengan proyeksi yang lebih baik pada tahun ini dan tahun depan, lender yang berbasis di Manila ini memperingatkan adanya tantangan yang dihadapi oleh para pekerja migran, termasuk perubahan imigrasi dan protokol kesehatan.
Hal ini bisa membuat pilihan untuk melakukan migrasi semakin terbatas sehingga berdampak pada kasus penyelundupan dan perdagangan manusia.