Bisnis.com, JAKARTA – Stok jagung di pabrik pakan hanya memiliki ketahanan sekitar 40 hari secara nasional atau 20 hari lebih rendah dari kondisi normal. Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) menyebutkan hal ini menjadi sinyal kurangnya pasokan di sentra produksi.
“Memang perkiraan kami di awal selama November sampai Januari pasokan akan lebih sedikit karena panennya jauh berkurang,” kata Ketua Umum Desianto B. Utomo, Senin (27/12/2021).
Pasokan yang terbatas ini memicu harga jagung stabil tinggi di atas Rp5.500 per kg. Desianto mengatakan pabrik pakan harus melakukan penyesuaian kandungan jagung demi memastikan harga final pakan tetap terjangkau bagi peternak.
“Ketika harga di rentang Rp4.500 sampai Rp5.000 per kilogram kandungan bisa mencapai 45 sampai 50 persen. Namun setahun terakhir kami lakukan penyesuaian di angka 40 persen,” katanya.
Desianto menjelaskan sekitar 90 persen produksi pakan ternak anggota GPMT merupakan pakan unggas, baik broiler maupun layer. Dalam struktur biaya produksi pakan, jagung menyumbang 29 persen biaya setiap kilogram pakan ayam broiler, sementara pada pakan ayam layer mencapai 41 persen.
“Permintaan unggas yang pertumbuhannya terbatas tahun ini turut berdampak ke permintaan pakan. Kenaikan kecil sekali,” tambahnya.
Meski ketahanan stok jagung di pabrik cenderung lebih pendek, Desianto mengatakan banyak pabrik yang mengakali situasi dengan melakukan pengiriman jagung dari daerah yang masih produksi, seperti dari Lampung dan Sulawesi Selatan. Usia ketahanan stok diperkirakan bisa meningkat seiring dengan masa panen pada Februari.
“Setidaknya untuk sebulan ke depan masih ada stok jagung. Selain itu awal Februari sudah mulai ada daerah yang panen dan kami harap hasilnya bagus,” kata dia.
Desianto memperkirakan harga masih tetap bertahan di kisaran Rp5.000 per kg sebagaimana setahun terakhir. Meski demikian, dia memastikan pabrik tetap akan menjaga harga pakan di kisaran Rp7.200 sampai Rp7.800 per kg.