Bisnis.com, JAKARTA – PT PLN (Persero) mengandalkan PLTA Saguling sebagai penopang sistem kelistrikan Jawa-Bali. PLTA itu juga diandalkan sebagai pemasok listrik di Jawa Bali jika terjadi pemadaman atau blackout.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan bahwa PLTA Saguling merupakan pembangkit listrik nol emisi yang sudah beroperasi lebih dari 35 tahun menopang sistem kelistrikan Jawa-Bali.
“PLTA ini menopang sistem kelistrikan Jawa-Bali dengan kemampuan penstabil frekuensi sistem dan sebagai penopang jika terjadi blackout atau pemadaman listrik. Pembangkit ini menjadi salah satu pembangkit yang dapat dioperasikan sebagai black start,” katanya melalui keterangan resmi, Jumat (24/12/2021).
Direktur Utama PT Indonesia Power Ahsin Sidqi menjelaskan, PLTA Saguling tidak hanya menjadi backbone pasokan listrik, tetapi juga bisa menjadi black start. Pasalnya, PLTA Saguling memiliki kemampuan durasi start yang cepat, yakni hanya 15 menit untuk sinkron ke jaringan.
Pembangkit listrik dengan kapasitas sebesar 700,72 megawatt (MW) itu berkontribusi 2,7 persen dari sistem Jawa-Bali yang memiliki total kapasitas 27.700 MW. Pembangkit itu juga berfungsi sebagai penstabil frekuensi sistem jika terjadi perubahan frekuensi akibat gangguan di jaringan.
“Selain andal, PLTA Saguling ini juga merupakan pembangkit EBT dengan biaya produksi yang rendah,” ujar Ahsin.
Sekadar diketahui, PLTA Saguling memiliki total kapasitas terpasang mencapai 844,36 MW. Pembangkit tersebut ditopang oleh 7 sub-unit, serta 1 unit jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit untuk menjaga keandalan pasokan listriknya.
Sub-Unit tersebut antara lain Sub-Unit PLTA Bengkok dan Dago 3,85 MW (Kab. Bandung), Sub-Unit PLTA Plengan 6,87 MW (Kab. Bandung), Sub-Unit PLTA Lamajan 19,56 MW (Kab. Bandung), dan Sub-Unit PLTA Cikalong 19,20 MW (Kab. Bandung).
Kemudian Sub-Unit PLTA Ubrug 18,36 MW (Kab. Sukabumi), Sub-Unit PLTA Karacak 18,9 MW (Kab. Bogor), serta Sub-Unit PLTA Parakan Kondang 9,9 MW (Kab. Sumedang).