Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menekankan pentingnya keberadaan pembangkit listrik tenaga air atau PLTA Saguling di Bandung Barat, sebagai pengatur frekuensi sistem dengan menerapkan load frequency control (LFC).
Wanhar, Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, mengatakan bahwa pembangkit dengan kapasitas 4X175,18 megawatt (MW) itu memiliki peran penting dalam sistem kelistrikan, khususnya di Jawa-Bali.
“Jika terjadi black out, PLTA Saguling masih dapat dioperasikan sebagai black start, sekaligus berperan menjadi pengisian tegangan untuk menopang PLTU Suralaya,” katanya melalui keterangan resmi, Jumat (17/9/2021).
Dia menuturkan, setidaknya ada tiga fungsi yang melekat di PLTA Saguling, yakni sebagai base load, stabilizer, dan untuk mengurangi emisi karena menggunakan energi baru terbarukan (EBT).
Selain itu, PLTA tersebut juga bisa dikombinasikan dengan solar photovoltaic (PV) yang dipasang di waduknya. Hal itu menjadikan PLTA Saguling disebut sebagai pembangkit listrik masa depan.
Pemerintah, kata dia, memang sedang mendorong pengembangan EBT agar bisa mencapai target 23 persen pada 2025. PLTA Saguling sendiri memiliki kontribusi mencapai 2 persen dari total pembangkit EBT jenis hidro yang terhubung dengan sistem jaringan 5oo kV Jawa-Bali.
Sementara itu, Komisi VII DPR Tifatul Sembiring menekankan pentingnya aspek keselamatan dan keamanan di sistem PLTA Saguling.
“Menurut saya, listrik itu bukan hanya tentang menurunkan air untuk memutar turbin menjadi listrik, tapi ternyata ada masalah gulma. Bagaimana caranya supaya pasokan listrik tidak setop sama sekali,” ujarnya.
Menurutnya, gangguan yang terjadi pada PLTA Saguling bisa mempengaruhi kelistrikan di Jawa-Bali, sehingga faktor keselamatan dan keamanan sistem di PLTA itu sangat penting.
Pada 2021, PLTA Saguling yang dioperasikan PT Indonesia Power memiliki target untuk menjadi penyedia bahan baku cofiring dari gulma eceng gondok yang selama ini tidak dimanfaatkan.
Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya pendangkalan pada waduk dan juga mendukung pelaksanaan co firing pada PLTU.
Program Biomass Operating System of Saguling (BOSS) tersebut merupakan program unggulan PT Indonesia Power dalam mewujudkan program Saguling Clean, yakni Waduk Saguling yang bersih dari sampah dan gulma eceng gondok.