Bisnis.com, JAKARTA — Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merekomendasikan 9 hal usai menginvestigasi tabrakan yang melibatkan trainset 29 dan 20 LRT Jabodebek beberapa waktu lalu.
Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Perkeretaapian KNKT Suprapto mengatakan pihaknya merekomendasikan kepada Ditjen Perkeretaapiaan, PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT Inka untuk mengulas kembali prosedur langsir dan pengujian kereta dengan memperhitungkan ketika terjadi suatu kegagalan.
"Kemudian review [mengulas] kembali desain kabin [attendant seat] serta sun visor. Selain itu perlu dibuat regulasi tentang ergonomi pada perkeretaapian," katanya dalam konferensi pers, Senin (20/12/2021).
Rekomendasi selanjutnya, ujar Suprapto adalah melakukan pengunduhan secara berkala terhadap sistem perekaman di dalam TCMS (SDiag sebagai on board diagnostic dan HMI) dan dikaji untuk mengetahui semua fungsi kereta, terutama sistem software bekerja sesuai dengan standar yang diinginkan.
Kemudian, menerapkan penjaminan kompetensi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sebagai train driver (baik itu untuk operasional maupun testing) LRT Jabodebek.
KNKT juga merekomendasikan agar melengkapi Depo untuk perawatan maupun perbaikan baik saat uji coba ataupun saat operasional.
Baca Juga
"Memberikan pelatihan pemahaman digitalisasi pada seluruh personel atau SDM yang berkaitan dengan pengoperasian, perawatan dan penjaminan kualitas mengingat kompleksitas pengoperasian GoA 3 juga diperlukan," tambahnya.
Lebih lanjut, Suprapto juga menyebut KNKT merekomendasikan agar pihak terkait menerapkan proses sertifikasi melalui tahap verifikasi dan validasi sesuai dengan life cycle yang terdapat dalam RAMS procedures sesuai analisis safety critical items yang ditetapkan di awal desain.
Hasil evaluasi RAMS untuk subsystem maupun integrasi sistemnya, sambung dia, harus terdokumentasi dengan baik mengacu pada RAM Plan dan Safety Plan.
Rekomendasi berikutnya, adalah melakukan subsystem test serta overall system test menggunakan perangkat lunak maupun secara real scenario sesuai predicted failure mode dan untuk mengetahui effect serta response to failure.
"Hal ini untuk menjamin kesesuaian safety integrity level sesuai analisis critical items pada system dan subsystem. Kemudian mereview prosedur tanggap darurat dan melakukan tabletop exercise serta wet drill untuk evakuasi penumpang, juga melakukan evaluasi fungsi train attendant," imbuhnya.
Sebelumnya, KNKT menemukan fakta bahwa tabrakan LRT Jabodebek di kawasan Cibubur, Jawa Barat pada Senin (25/10/2021) disebabkan teknisi atau masinis tidak fokus dalam menjalankan kereta dan terjadi distraksi yang disebabkan penggunaan telpon seluler.
Suprapto mengatakan masinis Trainset (TS) 29, kereta yang menabrak, juga sempat menurunkan sun visor penghalang sinar matahari sesaat sebelum kereta berjalan menuju arah Stasiun Harjamukti sehingga mengakibatkan terhalangnya pandangan ke depan.
Selanjutnya, kereta berjalan dengan kondisi sun visor sebagian tertutup sehingga tidak melihat TS 20 yang berhenti dan selanjutnya terjadi tabrakan dengan kecepatan di atas 50 km/jam.