Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell memberikan sinyal dengan jelas bahwa inflasi menjadi musuh nomor satu untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan mengembalikan tingkat ketenagakerjaan ke level sebelum pandemi.
Dilansir Bloomberg pada Kamis (16/12/2021), Powell mengumumkan bahwa The Fed mempercepat pencabutan program pembelian asetnya atau tapering dan merencanakan rangkaian kenaikan suku bunga hingga tiga kali pada tahun depan.
"Salah satu dari dua ancaman terbesar untuk mengembalikan lapangan kerja adalah inflasi yang tinggi. Apa yang kita perlukan adalah ekspansi panjang lagi seperti yang pernah kita lakukan selama 40 tahun terakhir," ujar Powell dalam press briefing pada Rabu.
Powell juga mengungkapkan adanya kemungkinan bahwa bank sentral AS mulai menarik likuiditas dari sistem keuangan terlalu lama dengan mengurangi neraca besar-besaran.
"Langkah pertama bagi The Fed adalah operasi mulut terbuka [open mouth operation]. Mereka berbicara keras. The Fed melihat inflasi meluas dan orang-orang mendengar tentang inflasi di berita petang. Inflasi, inflasi, inflasi. The Fed khawatir tentang itu," ujar Kepala Ekonom Raymond James Financial, Scott Brown.
Baca Juga
Bukan hanya The Fed yang khawatir soal inflasi, Presiden AS, Joe Biden juga mulai menyadari bahaya dari lonjakan harga pada saat upaya pemerintah memulihkan tenaga pada perekonomian.
Sejumlah ekonom ragu terhadap kemampuan The Fed dalam menjaga ekspansi perekonomian tetap berjalan.
Ekonom senior Wells Fargo Mark Vitner mengatakan berkaca dari masa lalu, sangat sulit untuk memperlambat inflasi ketika kesempatan kerja penuh dan PDB riil tumbuh lebih cepat dari potensinya.
"The Fed sudah tertinggal di belakang kurva dalam hal retorika dan tindakannya dalam mengatasi ancaman dari inflasi," ungkap.
Powell menyatakan bahwa AS dapat mencapai tingkat ketenagakerjaan maksimum pada tahun depan ketika pembuat kebijakan memproyeksikan bahwa mereka akan mulai menaikkan suku bunga dari nol.
Angka pengangguran telah turun dengan cepat, meskipun masih di angka 4,2 persen per November, di atas angka 3,5 persen sebelum pandemi.
Dia mengakui bahwa pasar tenaga kerja mungkin belum sepenuhnya kembali ke tingkat pra pandemi, terutama dalam hal partisipasi tenaga kerja. Sejumlah orang Amerika keluar dari pekerjaannya, termasuk baby boomer yang mendapat keuntungan pada tabungan pensiun setelah lonjakan pasar saham.
“Kita tidak akan kembali ke ekonomi yang sama seperti yang kita alami pada Februari 2020,” kata Powell.