Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan neraca transaksi berjalan Indonesia pada tahun ini akan mencatatkan surplus kecil, yang didorong oleh kinerja ekspor.
“Perkiraan kami saat ini menunjukkan bahwa neraca transaksi berjalan 2021 bisa sekitar 0,1 persen dari PDB,” katanya, Rabu (15/12/2021).
Faisal mengatakan, kinerja ekspor yang positif sepanjang 2021 juga dipengaruhi oleh harga komoditas yang terus meningkat.
Menurutnya, kondisi ini akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan normalisasi kebijakan moneter global dan kekhawatiran akan varian Covid-19 Omicron.
Pada November 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus sebesar US$3,51 miliar.
Surplus tersebut didorong oleh kinerja ekspor dengan nilai mencapai US$22,84 miliar atau tumbuh 49,7 persen pada November 2021 secara tahunan.
Baca Juga
Sementara itu, nilai impor Indonesia pada periode yang sama tercatat sebesar US$19,33 miliar atau tumbuh sebesar 52,62 persen secara tahunan.
Faisal memperkirakan, neraca transaksi berjalan akan kembali mengalami defisit pada 2022, dengan perkiraan sebesar -2,15 persen dari PDB.
Menurutnya, pemulihan ekonomi domestik akan berjalan lebih di tengah percepatan vaksinasi covid-19, relaksasi pembatasan aktivitas publik dan reformasi struktural.
Dengan demikian, impor diproyeksikan mengalami peningkatan yang tinggi pada tahun depan, yang mana sekitar 90 persen dari total impor merupakan bahan baku dan barang modal.
Sementara itu, dia memperkirakan pertumbuhan ekspor akan melemah seiring dengan kenaikan harga komoditas yang diperkirakan akan melambat pada 2022.