Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia mencatatkan neraca perdagangan US$3,51 miliar pada November 2021 atau melanjutkan tren surplus menjadi 19 bulan berturut-turut. Namun, angka itu susut dari bulan lalu dan lebih rendah dari perkiraan para ekonom.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS ) Margo Yuwono menjelaskan bahwa pada November 2021, ekspor tercatat senilai US$22,84 miliar atau naik 3,69 persen (month-to-month/MtM). Impor tercatat mencapai US$19,33 miliar atau naik 18,62 persen MtM, sehingga membuat surplus di angka US$3,51 miliar.
Menurut Margo, surplus terjadi seiring menguatnya permintaan ekspor dan kenaikan harga komoditas. Namun, surplus itu tercatat susut dari posisi Oktober 2021 senilai US$5,73 miliar.
"Impor migas sebesar US$3,03 miliar, ini tumbuh 59,37 persen MtM, sedangkan nonmigas US$16,30 miliar, tumbuh 13,25 persen MtM. Ada indikasi bagus terkait pemulihan ekonomi domestik," ujar Margo dalam konferensi pers, Rabu (15/12/2021).
Sebelumnya, sejumlah ekonom memproyeksikan surplus neraca dagang November 2021 rata-rata di angka US$4,58 miliar. Rata-rata proyeksi itu lebih rendah dari capaian surplus Oktober 2021 sehingga menunjukkan bahwa para ekonom memproyeksikan adanya perlambatan surplus.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga Selasa (14/12/2021) pukul 19.00 WIB terdapat 20 lembaga yang sudah merilis proyeksi neraca perdagangan November 2021.
Baca Juga
Proyeksi surplus neraca dagang November 2021 terendah berada di angka US$3,68 miliar, sedangkan yang tertinggi senilai US$5,84 miliar. Dari keseluruhan proyeksi itu, median atau nilai tengah berada di angka US$4,5 miliar.