Bisnis.com, JAKARTA — Ketergantungan impor bahan baku industri pengolahan susu memiliki dua mata koin. Di satu sisi menjadi ceruk untuk mendatangkan investasi asing, tetapi di sisi lain menjadi tantangan.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengakui suplai bahan baku susu impor sebesar 78 persen menjadi beban berat bagi industri. Dua hal yang disoroti untuk dapat meningkatkan produktivitas susu nasional yakni ketersediaan lahan dan pakan ternak.
"Memang cukup berat karena pengembangan terutama lahan dan pakan, ini menadi tantangan. Makanya setiap tahun kami canangkan peningkatan produksi susu tetapi kelihatannya masih belum bisa ," kata Adhi saat mengunjungi peresmian pabrik es krim PT Yili Indonesia Dairy, Jumat (10/12/2021).
Di negara-negara penghasil susu terbesar dunia seperti China, Australia, dan Selandia Baru, lahan peternakan sapi perah dapat mencapai ratusan ribu hektare. Selain itu, Adhi juga memandang otomasi pemerasan susu sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya menyoroti ketergantungan bahan baku impor sebagai tantangan serius bagi industri pengolahan susu. Dia mendorong Yili Indonesia dan pelaku industri pengolahan susu lainnya untuk meningkatkan kemitraan dengan petani dan peternak lokal.
Agus juga mengatakan kendala tingkat suplai bahan baku susu domestik yang rendah juga perlu dikoordinasikan dengan kementerian dan lembaga terkait.
Baca Juga
"Bahan baku ini salah satu tantangan, saya men-challange [pelaku industri]. Tentu solusinya harus dicari bukan hanya dari Kemenperin. Penyediaan bahan baku dan bahan pemolong harus dikoordinasikan dengan kementerian yang membina ternak, kementerian yang membina pertanian," kata Agus.
Gerry Mustika, Representasi Marketing Yili Indonesia menyatakan komitmennya untuk mendukung pertumbuhan sektor terkait, termasuk petani dan peternak lokal.
Investasi Yili dengan produk es krim Joyday di Indonesia tercatat senilai total Rp2,5 triliun dengan tahap awal Rp1,9 triliun. Di pabrik seluas 8 hektare, pabrik Yili memiliki kapasitas produksi 159 ton es krim per hari atau 50 ribu ton per tahun.
Ekspansi investasi tahap kedua diperkirakan akan meningkatkan kapasitas produksi hingga empat juta es krim per hari.
"Kami akan bertujuan untuk ikut membangun kesejahteraan masyarakat sekitar serta memperhatikan penggunaan bahan-bahan lokal yang saat ini sudah kami laksanakan," kata Gerry.