Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Jerman berkomitmen mendukung proyek energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia dengan menyediakan dana sekitar US$2 miliar atau setara dengan Rp28 triliun.
Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Asean dan Timor Leste Ina Lepel mengatakan bahwa negara tersebut secara aktif mendukung transisi energi yang tersebar di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Nusa Tenggara.
“Dukungan [dilakukan] pada proyek pengembangan geothermal [panas bumi], hydropower, [dan disentralisasi] minihydro, dan PLTS. Kami juga mendukung pelatihan keterampilan,” katanya saat webinar Indonesian-German Renewable Energy Day 2021, Selasa (30/11/2021).
Lebih lanjut, dia menuturkan bahwa pemerintah Jerman telah mengguyur dana untuk proyek energi terbarukan sekitar dua pekan terakhir. Pengembangan EBT tersebut dilakukan bersama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Dalam prosesnya, Jerman membuat program khusus elektrifikasi untuk menjalankan kolaborasi dalam pengembangan pembangkit listrik. Kerja sama dengan sektor swasta juga dilakukan terkait energi terbarukan di dalam negeri.
“Kami mendukung industri yang menggunakan energi di sektor swasta untuk menggunakan efisiensi energi,” terangnya.
Baca Juga
Selain itu, Dubes Jerman juga mengakui bahwa Indonesia telah menjadi mitra global dalam komitmennya mengembangan EBT. Kata dia, komitmen transisi energi tersebut akan meningkatkan permintaan untuk pembangkit listrik, baik angin maupun surya.
Sementara itu, Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa Indonesia menghadapi tantangan tersendiri dalam menyediakan tenaga listrik dan layanan energi modern.
“Dalam hal ini pembangkit listrik dari EBT sangat penting berkontribusi pada capaian energi hijau. Kami sedang mengupayakan besaran energi terbarukan melalui konsep desentralisasi,” katanya.
Pemerintah mematok target bauran energi bersih mencapai 23 persen pada 2025. Upaya tersebut, kata Dadan, harus diiringi peningkatan permintaan dan suplai energi dari EBT.
Selain itu, dalam upaya desentralisasi, pemerintah akan berkontribusi dalam penurunan emisi gas rumah kaca untuk meningkatkan penggunaan EBT. Proyek tersebut dapat dilihat dari rencana PLN mengonversi sekitar 500 MW listrik dari energi batu bara ke energi hijau.