Bisnis.com, JAKARTA – Lelang wilayah kerja minyak dan gas bumi (WK migas) tahap II 2021 yang dilaksanakan pemerintah dinilai masih sangat berat untuk bisa menggaet perusahaan-perusahaan raksasa internasional untuk kembali berkecimpung di Indonesia.
Penasihat Teknik Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nanang Untung mengatakan, pemerintah membutuhkan keterlibatan pemain migas besar untuk bisa berkontribusi mencari cadangan sumber daya raksasa yang masih tersimpan di Tanah Air.
Kementerian ESDM mencatat, perusahaan-perusahan migas raksasa telah banyak menarik diri dari Indonesia, seperti Shell yang keluar dari Masela, Total yang telah keluar dari Mahakam, ConocoPhillips yang mempertimbangkan untuk meninggalkan Corridor, serta Chevron yang hengkang dari Rokan.
Sementara itu, perusahaan migas raksasa yang masih bertahan di Indonesia pada saat ini, seperti ExxonMobil hanya memilih untuk fokus di Cepu, Eni fokus di Kutai Basin, dan BP yang fokus di Tangguh.
“Kita membutuhkan mereka bisa kembali, karena untuk menangkap target yang besar maka diperlukan eksplorasi yang besar, dan mereka yang memiliki kapabilitas untuk menemukan cadangan yang besar,” katanya dalam The 2nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2021, Senin (29/11/2021).
Adapun, dalam lelang tahap II tahun ini pemerintah menawarkan delapan WK yang terdiri atas satu WK eksploitasi dengan mekanisme penawaran langsung, tiga WK eksplorasi dengan mekanisme penawaran langsung, dan empat WK eksplorasi dengan mekanisme lelang reguler.
Baca Juga
WK eksploitasi yang ditawarkan langsung adalah WK Bertak Pijar Puyuh; tiga WK eksplorasi penawaran langsung, yaitu WK North Ketapang, WK Agung I dan WK Agung II; sedangkan empat WK eksplorasi yang ditawarkan melalui lelang reguler adalah WK West Palmerah, WK Paus, KW Maratua II, WK Karaeng.
Dalam lelang WK migas tahap II 2021, pemerintah telah memberikan sejumlah kebijakan yang dinilai akan memperbaiki iklim investasi di sektor migas.
Pemerintah telah memperbaiki profit split kontraktor dengan mempertimbangkan faktor risiko wilayah kerja, bonus tanda tangan terbuka untuk ditawar, first tranche petroleum (FTP) menjadi 10 persen shareable, dan penerapan harga DMO 100 persen selama kontrak.
Pendiri Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto menuturkan bahwa ketentuan-ketentuan yang ditawarkan telah terdapat tambahan insentif atau pembaruan ketentuan untuk membuat lelang menjadi lebih menarik.
Namun, penawaran perbaikan kebijakan fiskal secara prinsip sudah selalu dilakukan di lelang-lelang WK sebelumnya.
Menurut dia, perbaikan kebijakan fiskal tidak menjadi satu-satunya aspek yang menentukan kesuksesan lelang WK migas. Di samping itu, menarik atau tidaknya lelang WK migas perlu dilihat sesuai dengan ukuran perusahaan migas yang akan digaet.
“Menarik atau tidak menjadi relatif saja sebenarnya, untuk siapa, untuk calon investor kelas apa,” katanya kepada Bisnis, Senin (29/11/2021).
Dia menambahkan, hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam lelang WK migas adalah terkait dengan kualitas yang meliputi aspek prospektivitas, skala blok atau perkiraan potensi cadangan blok yang ditawarkan, dan tingkat kematangan data informasi terkait dengan blok tersebut.
Di samping itu, faktor lain yang menentukan kesuksesan lelang WK migas, yakni kondusifitas iklim investasi di dalam negeri yang terkait dengan kepastian aturan main, kebijakan fiskal yang ditawarkan, serta kemudahan proses birokrasi perizinan dan pengambilan keputusan.
“Kalau dari skala estimated recoverable reserves maupun resources-nya, kemungkinan agak berat untuk bisa menarik investor kelas IOC majors,” jelasnya.