Bisnis.com, JAKARTA — Anggota III Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Achsanul Qosasi menjelaskan bahwa kerja sama pengelolaan bandara turut terjadi di Bandara Ngurah Rai, Bali. Isu pengelolaan bandara mencuat setelah adanya penjualan saham Bandara Kualanamu, Medan kepada pihak asing.
Achsanul menjelaskan dalam akun twitter pribadinya, @AchsanulQosasi bahwa pengelola Kualanamu adalah PT Angkasa Pura II (Persero). Lalu, ada pula Bandara Ngurah Rai yang dikelola oleh PT Angkasa Pura I (Persero).
Dia menyebutkan dua pengelola bandara tersebut untuk menjelaskan terkait kerja sama pengelolaan area komersil dengan pihak swasta. Isu itu menjadi sorotan setelah adanya penjualan saham Kualanamu kepada pihak dari India.
"Ngurah Rai juga bekerja sama dengan perusahaan India [GVK Services] sejak 2013. Kerja sama tersebut hanya pengelolaan area komersil, yang tidak terkait penerbangan [non aero]," tulis Achsanul dalam akun Twitter pribadinya, Sabtu (27/11/2021) malam.
Menurutnya, GVK Services berperan dalam mengajak peritel barang-barang bebas bea (dutyfree) dan merek-merek ternama untuk membuka tokonya di Ngurah Rai. Pengelolaan area komersil itu turut memberikan manfaat bagi Ngurah Rai.
Achsanul menilai bahwa GVK memiliki banyak jaringan merek terkenal sehingga mampu menariknya untuk berjualan di bandara internasional tersebut. Sehingga, menurutnya, sejak 2013 Bandara Ngurah Rai tertata rapi.
Baca Juga
"GVK di Bandara Ngurah Rai hanya sebagai konsultan dalam manajemen area bisnis, seperti penataan toko layaknya mal," tulis Achsanul.
Sebelumnya, AP II mengumumkan terpilihnya GMR Airports Consortium sebagai mitra strategis untuk mengembangkan Bandara Kualanamu dengan investasi minimal Rp15 triliun. GMR Airports Consortium merupakan investor strategis yang dimiliki oleh GMR Group asal India dan Aéroports de Paris Group (ADP) asal Perancis.
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menjelaskan bahwa pengelolaan dan pengembangan Bandara Internasional Kualanamu berjalan dengan skema kemitraan strategis berjangka waktu 25 tahun. Nilai kerja samanya sekitar US$6 miliar, termasuk investasi dari mitra strategis sedikitnya Rp15 triliun.
"Setelah melewati rangkaian proses tender, ditetapkan GMR Airports Consortium sebagai pemenang tender," kata Awaluddin dalam siaran pers, Rabu (24/11/2021).
Dia menjelaskan skema kemitraan strategis ini akan menggabungkan sumber daya yang dimiliki AP II dan mitra strategis, sehingga dapat mengakselerasi pengembangan Bandara Internasional Kualanamu untuk menjadi hub dan pintu gerbang utama internasional, serta kawasan bisnis di wilayah barat Indonesia.
AP II dan GMR Airports Consortium akan menjadi pemegang saham di joint venture company (JVCo) yakni PT Angkasa Pura Aviasi, yang menjadi pengelola Bandara Internasional Kualanamu. AP II menguasai mayoritas 51 persen saham di Angkasa Pura Aviasi, sementara GMR Airports Consortium sebesar 49 persen.