Bisnis.com, JAKARTA - Bandara Kualanamu menjadi perbincangan hangat di media sosial usai beredar kabar bahwa pemerintah telah menjualnya kepada pihak asing.
Kabar tersebut berhembus sehari setelah PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II mengumumkan terpilihnya GMR Airports Consortium sebagai mitra strategis untuk mengembangkan Bandara Kualanamu dengan investasi minimal Rp15 triliun.
Bisnis.com menghimpun sejumlah fakta menarik mengenai Bandara Kualanamu yang bakal dikelola oleh anak usaha AP II, PT Angkasa Pura Aviasi dan GMR Airports sebagai mitra strategis.
1. GMR Airports Consortium
Konsorsium ini merupakan strategic investor yang dimiliki oleh GMR Group asal India dan Aéroports de Paris Group (ADP) asal Prancis. Mereka adalah salah satu jaringan operator bandara yang melayani penumpang terbanyak di dunia.
Beberapa bandara yang dikelola oleh GMR Airport antara lain New Delhi’s Indira Gandhi International Airport yang berhasil meraih Best Airport in India and Central Asia by Skytrax 2019-2021.
Lalu Hyderabad International Airport di India, Bidar Airport di India, Mactan Cebu International Airport di Filipina, serta tengah mengembangkan Goa International Airport di India, Visakhapatnam International Airport di India, dan Crete International Airport di Yunani.
Baca Juga
2. Porsi Kepemilikan Saham
AP II dan GMR Airports Consortium akan menjadi pemegang saham di joint venture company (JVCo) yakni PT Angkasa Pura Aviasi, yang menjadi pengelola Bandara Kualanamu. AP II menguasai mayoritas 51 persen saham di PT Angkasa Pura Aviasi, sementara GMR Airports Consortium sebesar 49 persen.
3. Skema Pengembangan Bandara Kualanamu
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menjelaskan pengelolaan dan pengembangan Bandara Internasional Kualanamu dilakukan dengan skema kemitraan strategis berjangka waktu 25 tahun dengan nilai kerja sama sekitar US$6 miliar termasuk investasi dari mitra strategis sedikitnya Rp15 triliun.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menjelaskan skema kerja sama tersebut akan mewajibkan pengelolaan bandara berkode KNO selama 25 tahun dengan sistem build operate transfer atau BOT. Nantinya, setelah 25 tahun, aset tersebut akan dikembalikan kepada AP II.
4. Bandara Kualanamu Jadi Hub Internasional
Chairman of GMR Group’s Energy and International Airport Vertical Srinivas Bommidala menuturkan proyek pengembangan bandara tersebut menandakan masuknya GMR Airports di pasar aviasi Indonesia yang tumbuh cepat dan terbesar di Asean, serta memiliki potensi tinggi.
"Kami akan mentransformasikan bandara menjadi internasional hub di wilayah Barat Indonesia," kata Srinivas dalam siaran pers, Rabu (24/11/2021).
GMR juga memberikan apresiasi atas proses yang dilakukan dengan profesional, transparan serta negosiasi yang berlandaskan mutual benefits bagi AP II dan investor.
5. Potensi Keuntungan AP II
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menuturkan AP II akan mendapatkan dua keuntungan, yang pertama akan mendapatkan dana sebesar Rp1,58 triliun dari GMR. Keuntungan kedua, akan ada pembangunan dan pengembangan Kualanamu sebesar Rp56 triliun dengan tahap pertama sebesar Rp3 triliun.
Alhasil, AP II tidak perlu mengeluarkan uang sebesar Rp58 triliun untuk pengembangan Bandara Kualanamu, melainkan sudah ditanggung oleh mitranya. Di sisi lain, dana sebesar Rp1,58 triliun bisa dipakai oleh AP II untuk pengembangan dan pembangunan bandara baru di Indonesia.
"Ini namanya memberdayakan aset tanpa kehilangan aset, bahkan asetnya membesar berkali-kali lipat," tuturnya.