Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja industri makanan dan minuman (mamin) diprediksi tidak akan banyak terpengaruh pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 pada 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan kinerja industri saat ini sedang dalam kondisi optimal meski sejumlah sektor pangan sempat terkontraksi. Penerapan PPKM Level 3 yang hanya berlangsung satu minggu diharap tak mengganggu kinerja secara akumulasi sepanjang tahun ini.
Adapun, pertumbuhan industri mamin ditargetkan menembus angka 5 persen untuk tahun ini.
"Sekarang ini sebenarnya kondisi industri mamin sedang bagus-bagusnya. Kalau [PPKM] sampai level 3 pasti ada pengaruh, tetapi karena hanya seminggu saya harapkan tidak terlalu banyak pengaruhnya," kata Adhi dihubungi Bisnis, Selasa (23/11/2021).
Sebelumnya, sektor industri yang masih mencatat kontraksi antara lain minuman, jus, susu kental manis, dan air minum dalam kemasan. Sebaliknya, sektor-sektor seperti minyak goreng, bumbu-bumbuan, susu bubuk, kopi, dan coklat, pertumbuhannya positif sehingga dapat menopang kinerja industri secara keseluruhan.
Pada kuartal III/2021 industri mamin diketahui menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan terbesar di manufaktur, yakni sebesar 3,49 persen secara year-on-year dan 4,78 persen secara quarter-to-quarter.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian mencatat rata-rata utilisasi industri makanan sepanjang tahun ini sebesar 78,27 persen dan industri minuman sebesar 77,83 persen.
Pada tahun depan, Adhi memperkirakan pertumbuhan industri mamin bisa di atas capaian sepanjang tahun ini. Hal itu mengingat proyeksi pertumbuhan ekonomi yang ditarget tumbuh 5–5,5 persen. Namun, meski ekonomi diproyeksi bertumbuh dan konsumsi stabil, hal yang perlu diwaspadai adalah inflasi yang dipicu kenaikan harga bahan baku dan pajak penjualan (PPn).
"Tahun depan kami belum perhitungkan, tetapi harusnya bisa lebih bagus [dari tahun ini]," ujar Adhi.