Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada PPKM Level 3, Asosiasi Daging Optimistis Permintaan Sudah Kebal

Ketua Umum National Meat Producer Association (Nampa) bahkan merevisi ke atas perkiraan pertumbuhan produksi dari 5 persen menjadi 8 persen sampai akhir tahun ini. 
Ilustrasi. /Bisnis
Ilustrasi. /Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Rencana pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 secara nasional pada akhir tahun ini diyakini tak akan menekan permintaan daging olahan, baik akumulasi sepanjang tahun maupun pada momentum Natal dan Tahun Baru saja.

Ketua Umum National Meat Producer Association (Nampa) Ishana Mahisa menyatakan masyarakat telah beradaptasi dengan protokol PPKM, sehingga konsumsi bisa lebih stabil dibandingkan dengan saat penerapan pembatasan pada tengah tahun ini. Asosiasi bahkan merevisi ke atas perkiraan pertumbuhan produksi dari 5 persen menjadi 8 persen sampai akhir tahun ini. 

"Masyarakat kita kelihatannya sudah bisa menyiasati level-level PPKM yang ada. Saya yakin mungkin [pertumbuhan] 8 persen [sampai akhir tahun] bisa [tercapai]," kata Ishana ketika dihubungi Bisnis, Selasa (23/11/2021).

Dia mengatakan rencana pemberlakuan PPKM kemungkinan akan tetap mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Namun demikian, Ishana juga menggarisbawahi bahwa masyarakat akan melakukan penyesuaian pola konsumsi meski pergerakannya dibatasi.

"Apakah nanti bisa di rumah semua aktivitas, makannya diubah dengan model baru. Dengan itu mungkin tidak begitu terpengaruh," lanjutnya.

Sementara itu, melihat tren sepanjang tahun ini, terdapat pertumbuhan produksi dan penjualan yang signifikan jika dibandingkan dengan kinerja pada 2020.

Belakangan, tren penguatan penjualan didukung oleh geliat di industri hotel, restoran, dan kafe (horeka) yang mulai tampak pada September 2021. Tingkat okupansi hotel yang tinggi di sejumlah kawasan wisata, khususnya pada akhir pekan, turut mengerek optimisme dan proyeksi untuk tahun ini.  

Di luar itu, pasokan ke pasar tradisional dan pasar modern kecil tetap tumbuh. Nampa mencatat, pasar tradisional atau general trade mendominasi permintaan daging olahan nasional di kisaran 60 persen hingga 65 persen.

Adapun pasar hotel, restoran, dan kafe menyumbang permintaan sebesar 15 persen hingga 20 persen. Adapun sisanya sebesar 15 masuk ke modern market.

"Tren penjualan tetap naik, bahkan yang food service mulai September kemarin juga sudah naik cukup lumayan karena beberapa hotel sudah mulai buka," ujarnya.

Jika kondisi ini terus berlanjut, Ishana optimistis pertumbuhan pada tahun depan akan berada di atas 8 persen. Hal itu terutama dipengaruhi oleh perbaikan ekonomi dan kenaikan harga-harga komoditas yang dampaknya dapat mendorong naiknya konsumsi di dalam negeri.

Selain itu, tren konsumsi makanan siap saji dan siap masak juga naik dalam beberapa waktu belakangan ini. Hal itu terbukti dengan dirilisnya sejumlah produk ready to eat dan ready to cook oleh para produsen daging olahan.

Selain itu, kondisi pasar yang baik juga didukung pasokan daging ayam yang kemungkinan tidak akan tersendat seperti yang terjadi pada awal 2021.

"[Pasokan] Ayam kelihatannya tidak akan ada masalah ke depan. Jadi pertumbuhan [2022] bisa di atas 8 persen, kalau tidak ada kendala apa-apa," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper