Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo kembali mendorong pelaku industri menggeber penghiliran sektor mineral untuk memberi nilai tambah pada saat ekspor.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa proses hilirisasi industri memberikan manfaat pada segi nilai dan harga barang di pasar global. Penghiliran juga berdampak pada terciptanya lapangan kerja baru di Tanah Air.
Selain itu, pemerintah juga melakukan beberapa kebijakan untuk mendukung produk hilir mineral. Salah satunya dengan menyetop ekspor bijih nikel.
Walhasil, produk nikel harus diolah terlebih dulu sebelum diizinkan ekspor. Sikap pemerintah ini pula yang menjadikan Uni Eropa menyatakan gugatannya kepada World Trade Organization (WTO).
Produk olahan nikel, lanjut Presiden, memberikan tambahan harga hingga 10 kali lipat di pasar global. Pemerintah bahkan menargetkan pendapatan ekspor produk turunan nikel mencapai US$20 miliar dari nikel. Hingga Oktober 2021, ekspor komoditas tersebut mencapai US$16,5 miliar.
“Kami tidak berbicara perusahaan per perusahaan. Tapi yang lebih penting ini bagaimana dilakukan penghiliran industrialisasi, tetapi yang lebih penting lagi bagaimana mengintegrasikan ini,” katanya saat memberi sambutan dalam Kompas 100 CEO Forum, Kamis (18/11/2021).
Baca Juga
Lebih lanjut, sejumlah komoditas juga dapat melakukan integrasi, seperti nikel dengan tembaga hingga integrasi dengan bauksit. Bila hal itu terjadi, maka seluruh bahan jadi seperti electric vehicle dapat diproduksi di dalam negeri.
Jokowi juga mendorong hilirisasi sejumlah produk lain, seperti timah, tembaga, maupun bauksit. Kesempatan tersebut perlu dimanfaatkan pemerintah di tengah meningginya harga seluruh komoditas mineral dan bahan bakar fosil.
Hingga kini, kondisi ekonomi dinilai telah mulai membaik dengan aktivitas industri manufaktur yang kian bergairah. Kondisi itu dinilai harus dipertahankan, salah satunya dengan mengendalikan pandemi.
“Manufaktur sudah berproduksi. Kenapa? karena konsumen meminta. Ada demand di situ. Enggak mungkin dia berproduksi enggak ada demand. Permintaan tidak hanya dalam negeri tapi juga ekspor.”
“Angka ekspor kita naik 53 persen bulan ini. Impor juga naik. Impor artinya bahan baku bahan penolong itu. Ini hal positif yang perlu terus kita pertahankan dengan cara Covid-19 dikendalikan benar,” ujarnya.