Bisnis.com, JAKARTA - Bursa calon presiden Filipina dipenuhi oleh anggota dinasti Presiden Rodrigo Duterte setelah masuknya Senator Christopher "Bong" Go yang merupakan loyalisnya dan anak perempuannya, Sara Duterte yang mendaftar kandidat calon wakil presiden.
Loyalis Duterte, Senator Christopher "Bong" Go telah mendaftarkan diri pada pemilihan presiden setelah menarik permohonannya untuk mencalonkan diri sebagai cawapres.
Dia akan beradu dengan saingan kuat, termasuk putra mendiang orang berpengaruh di Filipina, Ferdinand Marcos.
Namun, Bong juga enggan berlawanan langsung dengan puteri Presiden, Sara Duterte yang secara mengejutkan mendaftar sebagai calon wakil presiden.
Analis politik memprediksi masih akan ada kejutan menjelang dua hari sampai tenggat waktu terakhir untuk mengganti kandidatnya.
Sekretaris komunikasi Duterte, Martin Andanar mengkonfirmasi laporan media bahwa pemimpin berusia 76 tahun itu, bulan lalu sempat berjanji untuk pensiun dari politik, akan secara resmi masuk ke bursa wakil presiden pada Senin dan mencalonkan diri melawan putrinya.
"Itu rencananya, kami tidak tahu apakah itu akan berubah," kata Andanar seperti dikutip Channel News Asia seperti diambil dari Reuters pada Sabtu (13/11/2021).
Berdasarkan konstitusi Filipina, Duterte tidak lagi bisa mencalonkan diri sebagai presiden untuk periode kedua setelah 6 tahun memimpin.
Ferdinand Marcos Jr, anak dari diktator yang memimpin Filipina selama dua dekade, telah menggaet anak perempuan tertua Duterte, Sara, sebagai pasangannya.
"Persaingan keluarga politik benar-benar didramatisasi dalam kasus ini," kata analis politik Temario Rivera. "Sepertinya hanya mereka yang memutuskan nasib negara. Ini menyebalkan karena mereka membodohi rakyat Filipina."
Negara di Asia Tenggara dengan populasi 110 juta orang itu mengadakan pemilihan umum pada Mei 2022 untuk posisi dari presiden hingga gubernur, walikota, dan pejabat lokal.
"Persaingan pada keluarga politik menjadi dramatis sekarang. Ini seperti mereka menjadi satu-satunya penentu nasib negara. Ini membuat marah karena mereka membodohi orang-orang Filipina."kata analis politik Temario Rivera.