Bisnis.com, JAKARTA – Kendati harga minyak dunia telah mengalami kenaikan yang cukup signifikan, PT Pertamina (Persero) menyatakan belum akan menyesuaikan harga jual bahan bakar minyak atau BBM-nya untuk masyarakat.
Pjs. Senior Vice President Corporate Communications and Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, tingginya harga minyak memberikan tekanan signifikan atas beban pokok produksi BBM dan juga makin menekan profitabilitas Pertamina.
Meski demikian, Fajriyah menyebut bahwa sampai dengan saat ini Pertamina belum menaikkan harga BBM karena memahami perhatian terhadap penurunan daya beli masyarakat pascapandemi Covid-19.
“Untuk itu, saat ini Pertamina dengan pemerintah sedang melakukan pembahasan mencari solusi terbaik, yang pasti adalah bahwa Pertamina selaku BUMN energi tetap menjalankan komitmennya menyediakan, mendistribusikan, dan memberikan pelayanan BBM kepada seluruh masyarakat,” katanya kepada Bisnis, Selasa (9/11/2021).
Sementara itu, Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM Soerjaningsih mengatakan bahwa harga jual bahan bakar umum Pertamina untuk jenis Pertalite yang saat ini dijual Rp7.650 per liter pada dasarnya telah jauh dari harga jual yang semestinya jika mengacu pada harga minyak dunia saat ini.
Baca Juga
“Pertalite ini bahan bakar umum normal, harganya sudah berada di atas Rp11.000 untuk harga keekonomiannya, tetapi kemudian Pertamina masih tetap harus jual Rp7.650,” ujarnya.
Untuk menjaga keekonomian perusahaan pelat merah itu dan memastikan harga bahan bakar minyak di masyarakat tidak mengalami kenaikan, maka pemerintah tengah mempertimbangkan pemberian kompensasi atas selisih harga jual.
Soerjaningsih mengatakan, harga jual jenis bahan bakar minyak umum pada prinsipnya akan mengikuti perkembangan harga minyak dunia. Namun, di tengah kondisi pandemi Covid-19, kenaikan harga BBM akan sulit diterima oleh masyarakat.
“Penyesuaian kenaikan harga BBM agar Pertamina tidak merugi, ini akan dibahas bagaimana kompensasi kepada Pertamina, yang diharapkan kenaikan harga bbm ini sebenarnya juga mungkin masih sulit diterima oleh masyarakat yang kondisinya baru mau pulih Covid-19. Jadi kemungkinan adalah pemerintah yang mengalah sama rakyat, biar tetap tenang tidak ada inflasi,” jelasnya.