Bisnis.com, JAKARTA – Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia melesat ke angka 57,2 pada Oktober 2021 dari bulan sebelumnya 52,2. Dengan demikian, dalam dua bulan berturut-turut, PMI manufaktur Indonesia telah meninggalkan zona kontraksi.
Menurut data terkini IHS Markit, angka tersebut menunjukkan kepercayaan diri bisnis secara keseluruhan membaik pada Oktober dengan harapan perbaikan terus berlanjut. Selain itu, IHS Markit juga mencatat tingkat pertumbuhan itu merupakan yang tercepat sejak survei dimulai pada April 2011.
"Kenaikan permintaan dan output juga diterjemahkan menjadi kepercayaan sektor manufaktur yang lebih baik, sebagaimana terlihat pada Output Masa Depan dan aktivitas pembelian dan perekrutan perusahaan, semua tanda-tanda positif kemajuan sektor," kata Direktur Asosiasi Ekonomi di IHS Markit, Jingyi Pan, Senin (1/11/2021).
Selain itu dia mengatakan, yang mendukung kenaikan PMI manufaktur Indonesia yakni kenaikan tajam pada pekerjaan batu dan output pada Oktober, yang mana keduanya mengalami ekspasi pada kisaran angka rekor.
Melihat permintaan secara keseluruhan menguat, perusahaan manufaktur ingin memperluas kapasitas pengoperasian dengan meningkatkan jumlah tenaga kerja untuk pertama kalinya dalam empat bulan meski pada kisaran kecil. Alhasil, penumpukan pekerjaan naik, meski tingkat pertumbuhan berkurang dibandingkan dengan September.
Perusahaan manufaktur juga kembali menaikkan aktivitas pembelian pada Oktober. Baik kuantitas maupun stok pembelian naik pada tingkat rekor. Sebaliknya, karena kenaikan permintaan dan kekurangan input, tingkat inventaris pasca produksi menurun.
Dari segi kinerja pemasok, kekurangan pasokan dan permasalahan pengiriman menyebabkan waktu pemenuhan pesanan diperpanjang lagi pada bulan Oktober. Panelis juga mengindikasikan bahwa kondisi permintaan yang lebih kuat memperburuk permasalahan pada Oktober.
"Namun keterbatasan pasokan masih terjadi dengan perusahaan dengan melihat kenaikan tekanan harga dan waktu pemenuhan pesanan lebih lama pada Oktober," lanjut Pan.
Meski bukan hal yang baru bagi Indonesia, lanjutnya, hal ini layak untuk diamati apakah persoalan pasokan akan menghambat pemulihan ekonomi pada bulan-bulan mendatang.