Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menkeu Ingatkan 4 Risiko Global yang Berdampak bagi Ekonomi RI

Sri Mulyani menuturkan setidaknya Indonesia perlu mewaspadai dampak rambatan (spill over) dari ekonomi di tiga negara, yakni Amerika Serikat (AS), negara-negara Eropa, dan China.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan rancangan APBN 2021 dalam konferensi pers virtual, Selasa (1/12/2020) / Foto: Kemenkeu RI
Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan rancangan APBN 2021 dalam konferensi pers virtual, Selasa (1/12/2020) / Foto: Kemenkeu RI

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah dinamika global yang dialami oleh negara-negara besar perlu diwaspadai oleh Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan setidaknya Indonesia perlu mewaspadai dampak rambatan (spill over) dari ekonomi di tiga negara, yakni Amerika Serikat (AS), negara-negara Eropa, dan China.

"Isu-isu yang ada di negara-negara yang memiliki kemampuan untuk menciptakan spill over seperti di Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok, harus menjadi perhatian kita karena mereka mampu menimbulkan [efek] rambatan ke perekonomian dunia termasuk ke Indonesia," jelas Menkeu pada konferensi pers APBN KITA, Senin (25/10/2021).

Menurut Sri Mulyani, ada empat risiko perekonomian dunia saat ini yang bisa menimbulkan efek rambatan. Pertama, isu perekonomian AS seperti pengurangan penambahan likuditas (tapering off) dan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR).

Tidak hanya itu, belum tercapainya kesepakatan antara kongres dan pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden terkait dengan debt limit/ceiling, dinilai perlu diwaspadai.

Kedua, isu perekonomian di negara-negara Kawasan Eropa seperti risiko tapering yang dipicu oleh lonjakan inflasi dan krisis energi, serta dampak Brexit pada kekurangan tenaga kerja (labor shortages) dan gangguan suplai.

Ketiga, isu perekonomian China yang dipicu oleh risiko gagal bayar perusahaan Evergrande dan perlambatan ekonomi China di jangka menengah.

"Tentu potensi perlambatan ekonomi di Tiongkok yang pasti memberikan dampak terhadap berbagai perekonomian dunia dari harga komoditas sampai pertumbuhan ekonomi dunia secara keseluruhan," jelas Sri Mulyani.

Keempat, fluktuasi harga komoditas, disrupsi suplai dan stagflasi. Risiko ini terdiri dari kombinasi sejumlah fenomena yang terjadi pada rantai pasok global seperti kenaikan harga komoditas energi akibat krisis dan persiapan musim dingin; kelangkaan input, kenaikan upah dan biaya shipping; dan naiknya producer price dan risiko stagflasi.

"Kita juga harus mewaspadai meningkatnya producer price yang sekarang ini sudah dialami oleh berbagai producer terutama di sektor manufaktur. Tentu ini bisa berpotensi pass through pada inflasi di dalam negeri kita. Meskipun inflasi saat ini masih sangat baik," katanya.

Adapun, potensi transmisi dampak yang bisa dirasakan oleh perekonomian Tanah Air adalah peningkatan volatilitas di pasar keuangan yang bisa diterjemahkan ke kondisi nilai tukar, suku bunga, imbal hasil (yield) SBN dan indeks harga saham.

Di sisi perlambatan pertumbuhan global, spill over bisa terjadi di sisi gangguan pada supply chain dalam negeri terutama manufaktur, dan penurunan permintaan terhadap ekspor dari negara berkembang seperti Indonesia kepada mitra dagang seperti AS dan China.

Terakhir, transmisi dampak potensi inflasi impor bisa berbentuk kenaikan harga komoditas energi dan pangan yang bisa mendorong kenaikan inflasi dan subsidi, serta kenaikan biaya impor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper