Bisnis.com, JAKARTA – Nihilnya Maskapai penerbangan yang mengajukan slot penerbangan internasional ke Bali diduga disebabkan oleh serangkaian prosedur yang dilakukan oleh perusahaan sebelum memutuskan membuka rute penerbangannya.
Pemerhati penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (JAPRI) Gerry Soedjatman menjelaskan bahwa maskapai asing memerlukan waktu yang lebih lama untuk membuka layanan penerbangan berjadwal dibandingkan dengan mengoperasikan layanan sewa atau charter.
Hal itu, kata Gerry, membuat permintaan layanan charter dari dan menuju Bali menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan penerbangan berjadwal.
Apalagi, kata dia, layanan charter telah menyediakan paket wisata yang meliputi akomodasi dan karantina.
“Untuk layanan yang berjadwal butuh waktu. Kalau yang charter sesuai permintaan saja. Dengar-dengar mulai akhir Oktober charter dari luar [negeri] mulai terbang ke Bali. Kalau charter kan mereka paket wisata termasuk akomodasi dan karantina,” ujarnya, Senin (18/10/2021).
Selain itu, Gerry juga berpendapat, maskapai asing lebih memilih untuk mengoperasikan layanan berjadwalnya melalui Jakarta dengan rute existing. Di Jakarta, wisatawan mancanegara juga memiliki opsi karantina yang lebih beragam.
Baca Juga
Menurutnya, saat ini warga negara asing (WNA) dengan visa long stay, baik untuk kerja maupun liburan, serta digital nomad masih dapat keluar masuk lewat Bandara Soekarno-Hatta.
“Kalau untuk turis yang memang murni untuk liburan, pasti butuh waktu. Kalau regular, mereka harus analisa dulu permintaannya bagaimana. Apalagi kita [Indonesia] juga harus berkompetisi dengan negara lain, terutama yang tidak mewajibkan karantina untuk masuk ke wilayahnya,” jelasnya.
Sebelumnya, VP Corporate Secretary AP I Handy Heryudhitiawan mengatakan bahwa belum adanya maskapai penerbangan yang mengajukan slot penerbangan internasional dari dan menuju Bali disebabkan oleh proses pelaksanaan penerbangan yang biasanya membutuhkan waktu 2–3 bulan untuk persiapan.
Persiapan tersebut dimulai dari membuka penjualan, penyiapan fleet, kru, perizinan, dan sebagainya.
Sementara itu, PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) juga memilih untuk memantau terlebih dahulu kondisi pasar sebelum mengaktifkan kembali layanan berjadwal internasionalnya dari dan menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, saat ini pihaknya masih fokus untuk melayani penerbangan komersial rute domestik dari dan menuju ke Bandara Ngurah Rai, Bali.
Untuk rute domestik tersebut, Irfan menyebutkan, frekuensi penerbangan ke Bali saat ini sudah sebanyak tiga kali sehari. Bahkan, pihaknya juga telah menambah frekuensi untuk akhir pekan.
Meski masih berfokus di rute domestik, maskapai pelat merah tersebut menegaskan bukan berarti tidak ada rencana untuk kembali melayani penerbangan internasional dari dan menuju Bali.
“Kami utamakan rute domestik sambil lihat respon pembukaan [perjalanan internasional] dari dan menuju ke Bali, tapi memang ada rencana kami aktifkan lagi penerbangan internasional dari Denpasar dalam waktu dekat,” ujarnya.