Bisnis.com, JAKARTA — Biaya konstruksi perumahan rakyat maupun infrastruktur dinilai terancam melonjak akibat kenaikan harga batu bara di dalam negeri. Sumber peningkatan tersebut mengingat batu bata berkontribusi sekitar 30-35 persen dari biaya produksi semen.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyarankan agar pemerintah segera mengintervensi pertumbuhan harga batu bara bagi industri semen nasional. Salah satu intervensi yang diharapkan adalah kebijakan khusus terkait relaksasi pedoman harga batu bara bagi industri semen.
"Bila harga semen naik, dampaknya kepada pembangunan perumahan rumah masyarakat, kenaikan biaya infrastruktur, dan [konstruksi] proyek-proyek strategis nasional," kata Ketua Umum ASI Widodo Santoso kepada Bisnis, Senin (18/11/2021).
Seperti diketahui, semen curah umumnya berkontribusi sekitar 25—28 persen dari total konsumsi nasional. Namun demikian, konsumsi semen curah pada 2020 hanya mencapai 23 persen.
Industri semen merupakan salah satu dari sepuluh industri yang masuk dalam daftar kewajiban pasar domestik (DMO) industri batu bara nasional. Widodo mencatat saat ini harga batu bara yang diterima mayoritas pabrikan semen naik hingga 100 persen.
Kementerian ESDM sendiri telah menetapkan harga jual domestik (Domestic Market Obligation/DMO) batu bara mencapai US$70 per ton. Angka itu hanya 46,65 persen dibandingkan dengan harga batu bara acuan untuk ekspor per September 2021.
Baca Juga
Harga batu bara acuan (HBA) yang ditentukan pemerintah tercatat melonjak menjadi US$150,03 per ton per September 2021. Angka itu naik US$19,04 per ton dibandingkan dengan Agustus, yakni US$130,99 per ton.
Alhasil, Widodo menilai kondisi produksi industri semen nasional belum dapat kembali ke posisi pra-pandemi.