Bisnis.com, JAKARTA - Chief Executive Officer Standard Chartered Plc., Bill Winters, mengatakan Pemerintah China tidak akan membiarkan guncangan Evergrande menciptakan krisis sistemik.
"[Kami] tidak memiliki kekhawatiran pada sektor properti. Anggapan [Evergrande] seperti Lehman moment bagi China, saya pikir China tidak sebodoh itu," kata Winters yang fokus pada kredit di Asia dalam wawancara bersama Bloomberg TV pada Selasa (12/10/2021).
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan China tengah menghadapi trade-off dalam menangani kejatuhan dari permasalahan Evergrande, di mana pemerintah masih bingung apakah akan memangkas manfaat atau mencegah risiko.
Belum ada kejelasan bahwa Evergrande telah membayarkan bunga obligasi yang jatuh tempo pada 11 Oktober dari tiga obligasi dolarnya. Masih ada 30 hari untuk melakukan pembayaran sebelum dinyatakan gagal bayar atau default.
Selanjutnya, investor Evergrande juga masih harus dibuat gelisah dengan obligasi dalam negeri yang jatuh tempo pada 19 Oktober ketika 121,8 juta yuan (US$16,4 juta) dengan kupon sebesar 5,8 persen. Setelahnya, perusahaan juga masih harus membayarkan dua obligasi dolarnya pada 6 November.
Sekitar 81 saham perusahaan di bursa utama Hong Kong telah ditangguhkan selama tiga bulan atau lebih, menurut data bursa per 30 September. Sebagian besar dihentikan pada tahun 2021, termasuk China Huarong Asset Management -- manajer utang macet yang mengguncang pasar setelah penundaan laporan pendapatannya.
Baca Juga
Batas waktu bunga obligasi dolar Evergrande:
Obligasi Dolar | Jatuh Tempo Kupon | Nilai (US$ juta) |
EVERRE 8,25% due 2022 | 23 September | 83,53 |
EVERRE 9,5% due 2024 | 29 September | 45,17 |
EVERRE 9,5% due 2022 | 11 Oktober | 68,8 |
EVERRE 10% due 2023 | 11 Oktober | 42,5 |
EVERRE 10,5% due 2024 | 11 Oktober | 36,75 |
TIANHL 13% due 2022 | 6 November | 41,93 |
TIANHL 13,75% due 2023 | 6 November | 40,56 |
Sumber: Bloomberg