Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PPh 35 Persen untuk Orang Kaya Menambah Penerimaan Pajak Hingga Rp8 Triliun

Bahana Sekuritas dalam kajiannya menyebutkan bahwa pengumpulan pajak dari orang kaya dengan tarif 35 persen bisa menambah penerimaan pajak hingga Rp8 triliun.
Petugas melayani pengunjung di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Satu, Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Petugas melayani pengunjung di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Satu, Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan telah disahkan oleh DPR RI, Kamis (7/10/2021). Salah satu peraturan perpajakan yang dibahas pada beleid sapu jagad tersebut adalah UU Pajak Penghasilan (PPh).

Pada salah satu poin substansi UU PPh, pemerintah menambah lapisan tarif PPh Orang Pribadi (OP) sebesar 35 persen untuk penghasilan di atas Rp5 miliar per tahun.

Bahana Sekuritas, dalam kajian makroekonominya menyambut positif penambahan lapisan tarif pajak untuk orang super kaya di Indonesia itu. Dalam kajiannya, disebutkan bahwa pengumpulan pajak dari orang kaya dengan tarif 35 persen bisa menambah penerimaan pajak hingga Rp8 triliun.

"Ini bisa jadi substansial, dengan perhitungan kami menunjukkan tambahan penerimaan pajak Rp6 triliun-Rp8 triliun tahun depan, dari penerimaan pajak individu sebesar Rp150 triliun per tahunnya," demikian dikutip dari kajian yang diterima Bisnis, Sabtu (9/10/2021).

Tambahan penerimaan perpajakan itu diperkirakan bisa meningkatkan pengumpulan pajak individu sebesar Rp150 triliun per tahunnya. Terlebih, Bahana mencatat nilai kekayaan orang kaya (yang memiliki nilai deposit lebih dari Rp5 miliar) setara dengan setengah dari total dana pihak ketiga di perbankan.

Sebaliknya, pemerintah menetapkan tidak ada potongan pada PPh badan (corporate tax) tahun depan, sehingga tarifnya tetap sebesar 22 persen. Ketetapan ini berbeda dengan ketentuan yang ada di Omnibus Law yaitu 20 persen.

Menurut Bahana, langkah itu masuk akal karena tarif PPh badan global kini meningkat (bukan menurun) seiring dengan upaya pemangku kebijakan dalam mengumpulkan dana untuk memulihkan kesehatan fiskal pascapandemi.

Secara keseluruhan, UU HPP dinilai kurang agresif dari yang sebelumnya sempat diperkirakan. Tantangan untuk meningkatkan rasio penerimaan pajak dan memperkecil defisit juga masih cukup kuat.

Dilansir dari situs Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kemenkeu.go.id, Jumat (8/10/2021), Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan bahwa saat ini tax ratio (rasio pajak) Indonesia berada di angka 8,4 persen. Dengan adanya UU HPP, diharapkan rasio pajak bisa ditingkatkan menjadi 9,4 persen pada 2024.

"Bahkan bisa mencapai 10 persen pada tahun 2025," ujar Suahasil seperti yang dikutip dari siaran resmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper