Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Industri: Penerapan EBT Harus Tetap Perhatikan Daya Saing

Pelaku industri meminta agar penerapan energi baru dan terbarukan (EBT) tetap memperhatikan pertumbuhan dan daya saing di dalam negeri. Kebijakan itu pun diminta jangan sampai mengorbankan industri di Tanah Air.
Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Selasa (2/2/2021)./ANTARA FOTO-Ahmad Subaidi
Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Selasa (2/2/2021)./ANTARA FOTO-Ahmad Subaidi

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri meminta agar penerapan energi baru dan terbarukan (EBT) tetap memperhatikan pertumbuhan dan daya saing di dalam negeri. Kebijakan itu pun diminta jangan sampai mengorbankan industri di Tanah Air.

Menanggapi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2021–2030, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik Olefin dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan bahwa pada dasarnya pelaku industri mendukung pengembangan EBT di dalam negeri.

Namun, para pelaku industri memerlukan acuan dan aturan yang jelas terkait penerapan EBT di dalam negeri agar bisa terus menjaga keberlangsungan industri.

“Artinya industri setuju dan support untuk EBT. Hanya saja penerapannya harus hati-hati. Perlu perlindungan industri dalam negeri dan pertumbuhannya harus menjadi nomor satu, jangan sampai produk impor yang mendominasi pasar,” katanya kepada Bisnis, Selasa (5/10/2021).

Fajar menambahkan, industri petrokimia sampai dengan saat ini 80 persen sumber listriknya masih mengandalkan dari PLN. Keputusan peningkatan bauran EBT pada PLN pun tidak menjadi masalah dalam pemenuhan kebutuhan pasokan listrik untuk industri nantinya.

Terkait dengan harga, kata dia, pihaknya meminta agar industri yang telah mengembangkan EBT bisa mendapatkan insentif. Selain itu, pihaknya juga meminta skema ekspor-impor listrik yang jelas agar nantinya bisa menekan biaya listrik yang digunakan.

“PLN punya produk zero emission panas bumi, tenaga surya, dan angin. Akan tetapi itu masih belum mencukupi. Tinggal kalau sudah berinovasi menggunakan panel surya dan EBT lain, mekanismenya bagaimana? kadang industri itu kan pasti ada saja kelebihan atau kekurangan dari energi, dan harus di-trading,” jelasnya.

Di lain pihak, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta menilai, penggunaan energi baru dan terbarukan justru bakal memberikan tarif listrik yang lebih murah.

Dia menambahkan, para pelaku industri pada prinsipnya mendukung pengembangan EBT guna menekan emisi karbon sesuai dengan target yang ditetapkan.

“Pada prinsipnya kami setuju jika bauran EBT-nya dinaikan, karena selain lebih ramah lingkungan kan harusnya lebih murah,” katanya kepada Bisnis, Selasa (5/10/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper