Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kementerian ESDM ungkap Kunci Percepatan Pemanfaatan EBT, Apa Ya?

Pemerintah RI telah mengumumkan 23 persen energi yang digunakan di Indonesia akan berasal dari sumber-sumber yang terbarukan pada 2025
Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Selasa (2/2/2021)./ANTARA FOTO-Ahmad Subaidi
Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Selasa (2/2/2021)./ANTARA FOTO-Ahmad Subaidi

Bisnis.com, JAKARTA - Peran dunia akademis dinilai menjadi kunci untuk mempercepat transisi dari penggunaan batubara menuju energi baru terbarukan (EBT) proses dekarbonisasi di Tanah Air.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) Dadan Kusdiana, mengatakan hal itu terkait dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) unggul untuk mendukung proses tersebut.

“Dibutuhkan ketersediaan SDM. Sebab, pemerintah dekarbonisasi terwujud pada 2060 atau bahkan lebih cepat. Dala 2-3 tahun ke depan kita harus memastikan terjadi proses transisi energi,” kata Dadan melalui siaran pers, Rabu (29/9/2021).

Adapun, pemerintah telah mengumumkan 23 persen energi yang digunakan di Indonesia akan berasal dari sumber-sumber yang terbarukan pada 2025 dengan pengurangan emisi gas-gas rumah kaca hingga 29 persen pada 2030.

Data Kementerian ESDM menunjukkan Indonesia telah berkomitmen meningkatkan bauran energi terbarukan hiingga 51,6 persen pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.

Terkait dengan hal tersebut, CEO General Electric (GE) Indonesia Handry Satriago menilai Indonesia telah menunjukkan komitmen besar dalam penggunaan energi terbarukan dan berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada masa mendatang.

"Namun, hal yang juga penting adalah bantuan semua pihak untuk mengembangkan generasi masa depan, talenta-talenta di Indonesia untuk menggerakkan agenda energi terbarukan. Kami berkontribusi sesuai kapasitas terhadap upaya-upaya tersebut,” kata Handry.

Adapun, dorongan dari segi akademis untuk memicu munculnya SDM yang mumpuni dalam mengupayakan energi terbarukan dilakukan melalui program yang melibatkan, baik pemerintah, korporasi, maupun perguruan tinggi.

Menurut pendiri Society of Renewable Energy (SRE) Zagy Yakana Berian, peran korporasi di sektor diperlukan dalam memperkaya program tersebut untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai sektor energi terbarukan kepada akademisi.

"Kami belajar banyak tentang teknologi mengenai energi terbarukan, dan berharap ide-ide kami akan membuka inovasi baru dan kesempatan untuk mendukung program pemerintah dalam transisi energi,” ujar Zagy.

Dalam salah satu program, yakni Grand Closing GE Society of Renewable SRE Youth Idea Competition, Whitepaper dari tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) terpilih sebagai pemenang dari lebih dari 100 tim mahasiswa yang ikut berpartisipasi.

Sementara itu, peringkat kedua dimenangi oleh tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM), sedangkan peringkat ketiga diraih oleh tim dari Politeknik Negeri Semarang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmad Fauzan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper