Bisnis.com, JAKARTA — Menguatnya dukungan terhadap koalisi partai kiri-tengah Jerman dinilai akan mengerek mata uang dan surat utang. Namun, ketidakjelasan pemungutan suara dapat membuahkan hasil sebaliknya.
Seperti dilansir dari Bloomberg pada Minggu (26/9/2021), analis strategis mata uang G-10 Nomura International Plc. Jordan Rochester menilai Olaf Scholz yang merupakan kandidat dari Partai Sosial Demokrat (SPD), belum dapat menggerakkan pasar.
Namun, analis memandang adanya kepastian terhadap terbentuknya koalisi kiri-tengah dapat mendorong euro bergerak lebih tinggi sekitar 1 persen. Dampak positif akan terlihat secara jangka panjang karena berarti akan ada dukungan terhadap kebijakan fiskal.
Rochester menilai euro bakal menguat US$1,22 pada akhir tahun. Hasil poling terakhir menunjukkan Scholz unggul tipis dari partai tengah-kanan Christian Social Union in Bavaria Christlich-Soziale Union in Bayern (CDU/CSU).
Namun, jika kekuatan SDP belum mendapat konfirmasi maka ada potensi euro justru menurun, seperti yang terjadi pada 2017, ketika ketidakpastian terjadi setelah pemungutan suara.
“Pasar mungkin sedikit terlena dengan prospek jangka panjang ketidakpastian politik di Jerman setelah pemungutan suara,” kata Valentin Marinov, kepala strategi mata uang G-10 di Credit Agricole CIB.
Menurutnya, euro kemungkinan mendekati posisi terendah untuk tahun ini terhadap dolar dan yen, menunjuk pada hasil pemilihan federal terakhir.
Sementara itu, investor obligasi masih akan mempertimbangkan sentimen risiko global dan ekspektasi seputar pembelian aset Bank Sentral Eropa (ECB).
Optimisme di Roma bahkan menjadi lebih penting dibandingkan politik di Jerman. Spread imbal hasil makin menyempit pada Kamis (23/9), menjadi yang paling ketat sejak April 2021, setelah beredar kabar Kementerian Keuangan Italia akan melewatkan penjualan utang reguler untuk meningkatkan prospek perekonomian negara.
Sementara itu, obligasi 10 tahun telah meningkat 30 basis poin sejak Agustus 2021.
Ahli strategi UBS Rohan Khanna mengatakan jika SDP dan Partai Hijau mendapat suara dari mayoritas parlemen, maka yield Jerman diyakini akan naik hingga 3 - 4 basis poin pada Senin (27/9). Adapun jika partai kiri mendapat dukungan kurang dari 5 persen yang diperlukann untuk memilih anggota parlemen di majelis berikutnya, maka yield bakal turun 2 basis poin.
“Jika hasilnya seperti jajak pendapat saat ini, maka banyak koalisi yang berbeda mungkin terjadi. Jadi, seharusnya tidak ada reaksi langsung. Dalam jangka menengah, kebijakan ECB jauh lebih penting untuk obligasi daripada politik lokal," ujar Khanna.
Koalisi termasuk SDP dan Partai Hijau akan terlihat lebih berkomitmen untuk persatuan di Uni Eropa (UE), yang akan menguntungkan utang Italia, menurut Althea Spinozzi, ahli strategi suku bunga di Saxo Bank A/S. Hal itu dapat terjadi asalkan politik di Italia stabil.
Rakyat Jerman melakukan pemungutan suara anggota parlemen, Bundestag, pada Minggu (26/9). Mereka akan menjadi perwakilan untuk memilih kanselir yang baru, setelah Angela Merkel yang berkuasa selama 16 tahun, meninggalkan pemerintahan.
Baca Juga
Partai tengah-kanan CDU/CSU yang dipimpin Merkel tengah berjuang menghadapi kekuatan kiri.