Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan tengah mempersiapkan wacana baru yaitu Indonesian Shipping Enterprise Alliance atau Indonesian SEA. Ini adalah program pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekspor produk nasional ke pangsa pasar dunia.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Mugen Sartoto menjelaskan pandemi yang tak hanya melanda Indonesia tapi dunia menyebabkan pembatasan pergerakan orang yang diberlakukan secara global dan berdampak pada terhambatnya kegiatan bongkar muat di pelabuhan.
Hal ini otomatis membuat distribusi logistik terganggu akibat pembatasan dan kontrol ketat tersebut, termasuk terjadinya port congestion bagi kapal dan peti kemas yang akan masuk dan keluar pelabuhan.
“Saat ini kami sedang mencari keberadaan muatan yang akan di ekspor khususnya oleh para pengusaha UMKM, klasifikasi muatannya seperti apa, kebutuhan kontainernya sebanyak apa, Pelabuhan tujuan ekspornya kemana saja," ujarnya melalui keterangan resmi, Jumat (24/9/2021).
Kemudian, Kemenhub juga melihat kondisi seperti ini idealnya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh perusahaan pelayaran nasional untuk go international, tentunya dengan dukungan penuh dari pemerintah.
Selaras dengan gagasan pengembangan Indonesian SEA tersebut, pihaknya juga menyiapkan media komunikasi Shipping Enterprises Alliance Communication Media (SEACOMM) bagi produsen dan para pengusaha pelayaran nasional untuk dapat bertukar data dan informasi terkait barang yang akan diekspor serta ketersediaan ruang muat di atas kapal.
Baca Juga
Lebih lanjut, Mugen mengungkapkan bahwa respon dari para stakeholder, dalam hal ini para eksportir, cukup positif, karena mereka juga mencari bagaimana caranya bisa mengirimkan muatan mereka.
Pemerintah saat ini tengah intens berkoordinasi dan berkolaborasi untuk bisa mendorong pelayaran nasional agar go international membawa muatan-muatan ekspor ini.
Oleh karena itu, Mugen berharap dukungan penuh dari seluruh stakeholder dalam rangka merealisasikan gagasan Indonesian SEA ini.
“Kami ingin mengajak seluruh stakeholder untuk bekerja bersama dengan sebaik-baiknya untuk merealisasikan pembentukan Indonesian SEA yang akan memberi dampak besar dalam rangka menuntaskan kendala ekspor produk nasional Indonesia ke pangsa pasar dunia dan menjadikan pelayaran nasional sebagai Pride of the Nation yang pastinya akan memberikan nilai tambah terhadap daya saing Indonesia di dunia internasional,” ujarnya.
Mugen juga membahas kendala yang muncul dari melonjaknya ongkos kirim muatan ekspor yang disebabkan Pelabuhan tujuan ekspor memberlakukan lockdown setiap kali ada pekerja bongkar muat yang dinyatakan positif Covid-19.
Akibat lockdown ini lah yang akhirnya membuat kapal yang membawa muatan ekspor, termasuk ekspor dari Indonesia harus menunggu berhari-hari sebelum mendapatkan kesempatan untuk sandar di Pelabuhan tersebut.
"Ketika kapal menunggu antrean, tentunya biaya operasional kapal tetap harus dikeluarkan oleh pemilik kapal, termasuk biaya BBM. Biaya inilah yang kemudian membengkak pengeluarannya dari yang seharusnya dikeluarkan saat kondisi normal. Lalu siapa yang akan dibebankan terhadap biaya ini? Tentunya pemilik barang yang barangnya ada di atas kapal tersebut," terangnya.
Hal – hal ini lah yang menyebabkan melonjaknya ongkos kirim muatan ekspor. Namun, pemerintah tentu tidak diam saja. Sudah setahun terakhir ini pemerintah mencoba untuk mengatasi permasalahan ini.
Saat ini, pihaknya sudah mulai dari mencari keberadaan muatan yang akan di ekspor khususnya oleh para pengusaha UMKM, klasifikasi muatannya seperti apa, kebutuhan kontainernya sebanyak apa, Pelabuhan tujuan ekspornya kemana saja.
Kemudian, dia menuturkan Kemenhub juga melihat kondisi seperti ini idealnya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh perusahaan pelayaran nasional untuk go international. Tentunya dengan dukungan penuh dari pemerintah, dalam hal ini.