Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) telah menerima laporan sejumlah kendala terkait adanya masalah di sektor logistik ekspor impor terutama yang berhubungan dengan kelangkaan kontainer atau container shortage.
Ketua Umum ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan persoalan lain yang timbul akibat kelangkaan kontainer ini adalah mengenai tidak tersedianya ruang di kapal karena full book.
Hal ini memicu adanya penumpukan barang ekspor di lokasi pabrik yang berpotensi memicu penghentian produksi. Di sisi lain, masih lemahnya ekosistem data di antara pelaku moda transportasi, pemilik barang, forwarder, dan instansi terkait juga ikut berperan.
Padahal, kelancaran arus barang ekspor dan impor serta pembiayaannya dalam situasi pandemi yang dialami dunia saat ini menjadi kunci meningkatkan kinerja ekspor nasional.
Kondisi yang terjadi di atas juga menjadi sorotan ALFI serta instansi dan kementerian terkait lainnya. Namun, Yukki melihat situasi ini akan berangsur-angsur pulih pada tahun depan.
“Meskipun begitu, situasi kelangkaan kontainer yang dialami juga oleh negara-negara di dunia diperkirakan akan mulai berkurang hingga akhir 2022. Apalagi, Indonesia termasuk negara yang dinilai paling siap menghadapi persoalan tersebut, karena tidak mengalami lockdown dalam mengatasi Pandemi,” ujarnya melalui siaran pers, Senin (23/8/2021).
Baca Juga
Menurutnya, kelangkaan peti kemas di dunia yang masih terjadi hingga saat ini pada dasarnya dipicu akibat kondisi Pandemi Covid-19 secara global yang telah berlangsung hampir dua tahun terakhir.
Imbas situasi inipun telah mempengaruhi perilaku industri logistik akibat perubahan sektor industri sangat kuat, dimana pelayaran internasional sangat dipengaruhi oleh perdagangan dari dan ke Amerika sementara angkutan intra Asia dianggap kurang menguntungkan atau shallow margin sehingga secara daya tarik angkutan barang adalah menuju Amerika , Eropa baru kemudian Intra Asia
Akibat menurunnya perdagangan global termasuk aktivitas ekspor Amerika yang tidak lagi mengimbangi kondisi importasinya maka mengakibatkan peti kemas eks impor tertahan yang kemudian mempengaruhi kondisi kelangkaan peti kemas secara global. Dengan demikian industri pelayaran global melakukan rasionalisasi biaya hingga pending shipment atau omission.
Kondisi inipun tak luput berdampak pada aktivitas perdagangan dari dan ke Indonesia dengan rute internasional, lantaran perdagangan impor dan ekspor di Indonesia memiliki kecenderungan menggunakan peti kemas berukuran 20 kaki untuk importasinya, sedangkan eksportasinya menggunakan peti kemas 40 feet.
Sehingga kondisi ini semakin membuat kelangkaannya menjadi lebih berat dan mengakibatkan kenaikan harga freight yang sangat ekstrim pada sejumlah rute pengiriman internasional. Sebagaimana diketahui, bahwa sepanjang 2008 – 2019, gejolak ekonomi dunia sumber dari sektor keuangan, energi, maupun perdagangan. Krisis-krisis tersebut tak begitu nyata menekan sisi permintaan dan penawaran.
Covid-19 yang bersumber dari sektor kesehatan melumpuhkan ekonomi karena menekan kinerja sisi permintaan dan penawaran. Kondisi tersebut semakin parah, karena perekonomian dunia belum berpengalaman menangani Covid-19 dan masih berimbas hingga sekarang.