Bisnis.com, PALEMBANG – Kilang Plaju, yang dikelola PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit III, berhasil mencetak rekor Museum Rekor Indonesia atau MURI sebagai kilang minyak tertua yang masih beroperasi.
Direktur Operasi PT Kilang Pertamina Internasonal (KPI), Yulian Dekri, mengatakan kilang di Refinery Unit (RU) III Plaju patut diapresiasi lantaran meski berusia tua tetap beroperasi dan menghasilkan keuntungan.
“Kalau kita lihat dari sisi usia memang sudah tua, namun bukan berarti kondisinya jelek. Bahkan hingga saat ini pun, kilang di RU III masih menghasilkan profit,” katanya saat menghadiri penyerahan Rekor MURI di Taman Edukasi Pertamina di Plaju, Palembang, Jumat (24/9/2021).
Yulian mengatakan saat ini usia kilang RU III sudah lebih dari 100 tahun. Berbeda dengan kilang-kilang milik KPI di daerah lain, yang pembangunannya berlangsung pada kisaran tahun 1960-an hingga 1990-an.
“Sehingga dari seluruh RU ini [Kilang Plaju] yang paling tua dan tetap beroperasi,” katanya.
Dia menerangkan operasional kilang sangat bergantung pada pemeliharaan. Pihaknya pun menilai pemeliharaan di Kilang Plaju dilakukan secara kontinyu dan terukur.
Baca Juga
Apalagi, kata dia, Kilang Plaju juga tergolong andal karena dapat meminimalisir terjadinya penyetopan kilang yang tidak terencana (unplant shut down).
“Kondisinya cukup baik dengan kinerja yang tetap terjaga sepanjang tahun 2021 ini,” kata dia.
Yulian menjelaskan KPI telah memiliki rencana pengembangan Kilang Plaju. Salah satunya ditujukan sebagai tempat pengolahan produk BBM ramah lingkungan (green refinery).
“Arah pengembangan Kilang Plaju ke sana, sehingga nantinya bisa menghasilkan BBM yang ramah lingkungan,” ujarnya.
Salah satu proyek green refinery tersebut adalah produk bahan bakar nabati berbasis minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Diketahui, RU III Plaju memiliki dua lokasi kilang, di antaranya Kilang Plaju yang didirikan oleh Shell dari Belanda pada tahun 1904 berkapasitas 110 MBSD, dan Kilang Sungai Gerong yang didirikan oleh Stanvac dari Amerika Serikat pada 1926 berkapasitas 70 MBSD.
Dalam kesempatan yang sama, Kilang Plaju Pertamina juga berhasil mencetak rekor MURI terkait kolaborasi pemangku kepentingan pertama untuk penyelamatan plasma nuftah ikan belida.