Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh! Ekspor Daging Halal Indonesia Sulit Tembus Pasar Eropa

Produk daging Indonesia dinilai kesulitan untuk menembus pasar Eropa.
Ilustrasi daging.
Ilustrasi daging.

Bisnis.com, JAKARTA — Atase Perdagangan RI di Prancis Ruth Joanna Samaria mengakui kinerja ekspor produk halal dalam negeri relatif sulit untuk menembus pasar Eropa. Malahan, Indonesia hanya berhasil mengirimkan produk daging halalnya senilai US$5.000 atau menempati posisi ke-42 pada tahun lalu.

Padahal, Ruth menuturkan, jumlah penduduk muslim di Prancis mencapai di posisi 3,35 juta pada 2020. Populasi penduduk muslim itu diperkirakan bakal meningkat mencapai 8,6 juta pada tahun ini. Sementara, 30 persen total belanja penduduk muslim Prancis dihabiskan untuk makanan. Setiap tahunnya, penduduk muslim Prancis mengkonsumsi 400.000 ton daging.

“Impor daging ke Prancis nomor 1 Jerman, nomor 23 itu Republik Islam Iran, Indonesia di posisi ke-42. Cukup berat pesaing kita untuk masuk ke pasar Eropa, ini hanya gambaran produk daging,” kata Ruth dalam webinar FTA Center bertajuk Potensi Produk Halal Indonesia di Pasar Eropa, Jumat (24/9/2021).

Di sisi lain, Ruth mengatakan, produk halal Indonesia juga mendapat tekanan dari pasar domestik. Alasannya, 70 persen penduduk muslim di Prancis berasal dari negara yang terletak di Afrika Utara seperti Aljazair, Maroko dan Tunisia.

“Di dalam negeri Prancis sendiri ada pesaing-pesaing yang kuat,” kata dia.

Berdasarkan catatan Atase Perdagangan RI di Perancis, Indonesia berada di urutan 45 di bawah Vietnam (25), Thailand (34), Malaysia (35) dan Singapura (44) terkait dengan realisasi impor Prancis pada paruh pertama tahun ini.

Adapun lima besar produk impor Prancis dari Indonesia di antaranya alas kaki senilai US$177,9 juta, mesin elektrik mencapai US$193,1 juta, mebel sebesar US$65,01 juta, minyak kelapa sawit mentah atau CPO senilai US$77,67 juta dan pakaian sebesar US$50,1 juta.

“Prancis pasar yang sudah cukup lama karena target seluruh ekspor di dunia,” tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi membeberkan kesempatan untuk mendorong sektor industri halal dan niaga elektronik atau e-commerce relatif terbuka setelah peluncuran Perundingan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Emirat Arab (UEA) di Bogor, pada Kamis (2/9/2021).

“Saya bercita-cita membangun industri halal kolaboratif yang kuat antara Indonesia-UEA. Tidak hanya untuk pasar kedua negara, tetapi juga untuk dunia. Kedua negara termasuk negara terkemuka dalam industri halal global, sehingga masalah halal menjadi salah satu prioritas utama dalam persetujuan ini,” kata Lutfi.

Berdasarkan laporan The State of Global Islamic Economic 2020—2021, diperkirakan pertumbuhan pasar halal global mencapai US$2,4 triliun pada 2024 dengan tingkat pertumbuhan tahunan kumulatif atau Commulative Annual Growth Rate (CAGR) lima tahun sebesar 3,1 persen.

Di sisi lain, Lutfi menambahkan, industri niaga elektronik menjadi garda terdepan dalam perdagangan. Meskipun belum ada konsensus internasional, dia mengatakan, perlu didorong terciptanya lingkungan bisnis yang kondusif ihwal industri tersebut.

“UU Cipta Kerja terdiri dari 11 klaster, salah satunya mengenai peningkatan ekosistem investasi dan aktivitas bisnis di berbagai sektor. Sehingga, CEPA ini akan menjadi landasan bagi investor untuk menjadi bagian dalam transformasi ekonomi Indonesia,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper