Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) membenarkan pihaknya tengah memproses rencana perampingan puluhan tipe jenis pesawat yang dimilikinya saat ini, termasuk menegosiasikan kembali atau membatalkan pesanan pesawat sebagai upaya restrukturisasi kepada sejumlah lessor.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan bahwa hingga kini dirinya belum dapat memastikan jumlah lessor, baik yang menyetujui maupun menolak rencana restrukturisasi itu. Dia hanya menekankan bahwa proses restrukturisasi yang ditempuh perusahaan masih berjalan.
“Masih proses semuanya ke lessor. Kepastian dan rencana restrukturisasi kalau waktunya sudah tepat pasti kami informasikan,” ujarnya, Selasa (21/9/2021).
Sebelumnya, emiten berkode saham GIAA itu dikabarkan bakal merampingkan sebanyak 80 pesawat berbagai tipe yang saat ini dimilikinya, dan tengah menegosiasikan ulang atau bahkan membatalkan pesanan untuk lebih dari 90 unit pesawat, sebagai bagian dari restrukturisasi yang diajukan kepada lessor.
Guna menerapkan restrukturisasi perjanjian sewa pesawat grup dan potensi utang lainnya, maskapai pelat merah tersebut meluncurkan skema pengaturan Inggris.
Seperti yang dilansir dari dokumen restrukturisasi oleh www.flightglobal.com, Garuda berencana untuk mengembalikan sejumlah besar pesawat berbadan lebar, termasuk jenis yang tarif dan nilai sewanya sudah tertekan.
Berdasarkan data yang diperoleh Cirium, emiten berkode saham GIAA berencana untuk menghapus semua 10 Boeing 777-300ER dari armadanya, serta ketujuh Airbus A330-200-nya.
Tercatat, Garuda Indonesia menyewa dua dari 777-300ER-nya dari ALAFCO, dua dari Altavair, dan enam sisanya dari ICBC Leasing.
“A330-200-nya disewa dari Air Lease, Aircastle, Avolon, Carlyle Aviation Partners, CMIG Leasing, DAE Capital, dan TrueAero yang masing-masing mengelola satu pesawat. Sementara itu, Garuda ingin mempertahankan delapan dari A330-300-nya, tetapi menyingkirkan sepuluh sisanya,” jelas dokumen yang diberitakan oleh flightglobal dan dikutip Selasa (21/9/2021).
Maskapai yang identik dengan warna biru tersebut juga mengelola sendiri enam A330-300-nya, dan sisanya disewa, termasuk tiga dari Avolon, dua dari Bocomm Leasing, satu dari Jackson Square Aviation, empat dari ORIX Aviation, dan satu dari TrueAero.
Sementara itu, untuk pesawat berbadan lebar generasi baru, pihaknya berencana untuk mempertahankan lima A330-900/800, sambil menegosiasikan ulang atau membatalkan pesanan untuk 13 unit.
Selanjutnya, untuk tipe narrow body, Garuda ingin mempertahankan 56 unit A320/A320 Neo untuk dioperasikan oleh Citilink, sekaligus membatalkan atau menegosiasikan kembali 25 pesanannya untuk A320neo. Semua unit A320 yang saat ini ada merupakan hasil penyewaan.
Mengenai tipe narrow body Boeing, Garuda ingin mempertahankan 53 737-800 dan menghapus 17 sisanya. Semua tipe pesawat 737 ini berstatus sewa. Bahkan GIAA juga berharap untuk menghapus satu-satunya Max dari daftar pesawatnya yang dikelola oleh Bocomm Leasing, sambil menegosiasikan ulang atau membatalkan pesanan untuk 49 sisanya.
Berkenaan dengan tipe Boeing narrow body yang lebih tua, perseroan berencana untuk menyingkirkan semuanya kecuali satu pesawat dari 737-300/500. Garuda mempertahankan satu pesawat itu untuk dioperasikan oleh Citilink.
Di antara jet regional dan turboprop, ia berencana untuk menghapus semua 18 CRJ1000 dari pesawatnya. Saat ini, Garuda mengelola sebanyak enam pesawat dan sisanya disewa dari Nordic Aviation Capital.
Di sisi lain, Garuda juga disebut akan mempertahankan sebanyak 11 ATR 72-600 untuk dioperasikan oleh Citilink. Ini berarti juga menghapus delapan ATR dan membatalkan atau menegosiasikan ulang pesanan untuk lima unit ATR. Semua ATR-nya disewa dari NAC.
Akan tetapi, tentunya seluruh rencana tersebut masih akan bergantung kepada hasil negosiasi dengan lessor.