Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga pemeringkat kredit S&P Global Ratings mengatakan China Evergrande Group kemungkinan besar tidak akan menerima dukungan langsung dari pemerintah, menjadikannya semakin berada di ambang gagal bayar menjelang kewajiban yang akan datang.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (21/9/2021), berdasarkan laporan S&P pada Senin, permasalahan yang dihadapi Evergrande bakal memukul kepercayaan investor di sektor properti China dan pasar kredit dengan obligasi berperingkat non investasi.
“Kami yakin Beijing hanya akan terpaksa turun tangan jika terjadi dampak luas yang menyebabkan banyak pengembang besar gagal dan menimbulkan risiko sistemik bagi perekonomian. [Jika] Evergrande gagal sendiri tidak akan berujung pada skenario seperti itu," seperti disebutkan dalam laporan.
Kekhawatiran terjadinya efek samping akibat risiko default tersebut telah memicu aksi jual di bursa global lantaran investor juga mempertimbangkan pengetatan kebijakan oleh pemerintah di sektor properti pada beberapa tahun lalu melalyi upaya tiga garis merah untuk menanhan pertumbuhan utang.
Saat ini, masih banyak perdebatan terkait dengan seberapa besar pemerintah dapat memberikan pertolongan setelah menghadapi masalah gagal bayar Huarong Asset Management Co.
Kisah Evergrande akan segera memuncak. Otoritas China sebelumnya mengatakan kepada pemberi pinjaman untuk tidak mengharapkan pembayaran bunga pinjaman bank yang jatuh tempo pekan ini. Pada Kamis, perusahaan juga harus membayar bunga jatuh tempo dari dua obligasi.
Di sisi lain, analis Citigroup Inc. mengatakan pemerintah China diperkirakan mengambil tindakan untuk mencegah krisis China Evergrande Group menjadi Momen Lehman Brothers. Namun, beberapa bank diperkirakan menjadi korban.
"Otoritas kemungkinan akan menegakkan garis bawah untuk mencegah risiko sistemik guna mengulur waktu untuk menyelesaikan risiko utang, dan mendorong pelonggaran marjinal untuk lingkungan kredit secara keseluruhan," tulis tim analis Citigroup termasuk Judy Zhang, dikutip Bloomberg, Selasa (21/9/202).