Bisnis.com, JAKARTA – Tingginya biaya logistik di dalam negeri masih menjadi salah satu ganjalan daya saing produk lokal.
Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Rachmat Hidayat mengatakan dengan rasio logistik terhadap produk domestik bruto (PDB) berkisar 20-23 persen saat ini, Indonesia belum bisa berdaya saing. Khususnya dengan negara tetangga yang rasio logistiknya antara 10-15 persen.
Menurut Rachmat, penurunan biaya logistik akan berdampak signifikan pada pertumbuhan industri nasional.
"Dalam kondisi sekarang yang 23 persen, industri kita masih bisa bergeliat, apalagi kalau [rasio biaya logistik] turun," kata Rachmat dalam webinar, Kamis (16/9/2021).
Selain itu, dia juga mengeluhkan kebijakan pemerintah untuk meniadakan kendaraan angkutan barang yang over dimension over loading (ODOL) pada 2023. Dia meminta agar kebijakan itu ditinjau ulang karena akan membebani kinerja industri terutama di masa pemulihan dan pascapemulihan.
Peneliti di Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef Ahmad Heri Firdaus menambahkan kunci dari penurunan biaya logistik adalah infrastruktur yang terintegrasi.
Menurutnya, pemerintah perlu melakukan pemetaan jenis infrastruktur yang paling dibutuhkan industri untuk dapat menghemat ongkos logistik.
"Ke depan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur perlu melihat apa yang diperlukan industri, apakah tol atau pelabuhan, sehingga menurunkan biaya logistik," jelasnya.