Bisnis.com, JAKARTA — Banyaknya aturan-aturan yang kurang menarik investor ditenggarai sebagai faktor yang membuat iklim investasi di sektor hulu minyak dan gas bumi di dalam negeri menjadi kurang moncer.
Anggota Dewan Energi Nasional Satya Widya Yudha mengatakan kondisi migas nasional pada saat ini dinilai masih kurang menarik bagi investor. Pihaknya menyadari bahwa hal tersebut terjadi karena ketentuan dan aturan yang tidak begitu menarik.
Sebagai contoh, salah satu aturan yang dinilai kurang menarik adalah rendahnya perhitungan bagi hasil migas di Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
"Kalau di Indonesia minyak itu kira-kira 15–25 persen dan untuk gas 20–40 persen, Malaysia cukup tinggi sampai 80 persen," katanya dalam webinar yang digelar pada Selasa (14/9/2021).
Satya menambahkan, penghitungan bonus tandatangan atau signiture bonus yang dipatok pemerintah adalah US$1 juta, sedangkan di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Timor Leste, dan Australia tidak ditetapkan sama sekali.
Di samping itu, aturan partisipasi lokal dengan participating interest 10 persen dengan anggaran yang ditalangi oleh kontraktor juga tidak diterapkan di negara lain.
"Dengan demikian iklim investasi hulu migas kurang menarik diperlukan perubahan dan kebijakan dan regulasi terkait fiskal di antarahya pemberian insentif yang fleksibel serta penyesuaian split, komitmen kerja pasti, singature bonus dan fasilitas pajak tidak langusng. Ini tentunya menjadi hal yang lagi digodok," ungkapnya.
Adapun diberitakan sebelumnya, negara lain tengah mengambil langkah untuk memberikan kemudahan bagi investor asing yang ingin menanamkan modalnya membuat persaingan dalam menggaet investasi di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) semakin ketat.
Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan bahwa kondisi investasi hulu migas saat ini tengah mengalami kesulitan. Pasalnya, Indonesia masih harus bersaing dengan sejumlah negara lain untuk menarik investasi masuk. Dia pun menyarankan pemerintah untuk melakukan perbandingan dengan negara lain terkait hal apa saja yang bisa membuat investor lebih tertarik.