Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah dinilai perlu mencermati perkembangan realisasi investasi, khususnya penanaman modal dalam negeri atau PMDN yang menjadi gerbang masuknya dana dari luar negeri.
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menjelaskan bahwa perkembangan investasi dari dalam negeri mengalami perbaikan pada semester I/2021. Hal tersebut sejalan dengan perbaikan ekonomi pada tahun ini.
Meskipun begitu, Aviliani menilai bahwa pemerintah, khususnya Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), harus tetap memperhatikan pergerakan PMDN karena bisa merupakan perpanjangan tangan dari penanaman modal asing (PMA).
"PMDN kebanyakan dapat pinjaman dengan bunga murah, misalnya Jepang itu memberikan 2 persen. Mereka pinjam dulu, setelah tiga tahun mereka [investor] masuk dalam equity. BKPM harus perhatikan ini," ujar Aviliany pada Rabu (8/9/2021).
Pada Semester I/2021, total investasi di Indonesia kecuali sektor hulu migas dan jasa keuangan tercatat mencapai Rp442,7 triliun. Jumlah itu mencakup 49,2 persen dari target perolehan investasi tahun ini sebesar Rp900 triliun.
Pada 2020, perolehan investasi tercatat sebesar Rp817,2 triliun atau mencapai 101,1 persen dari target. Capaian investasi pada paruh pertama 2021 telah melebihi setengah dari perolehan investasi sepanjang tahun lalu, sehingga terlihat tren perbaikan.
Baca Juga
Pada tahun lalu, capaian investasi tumbuh 2,1 persen (year-on-year/yoy), dengan catatan PMA -2,4 persen (yoy) dan PMDN 7 persen (yoy). Pada paruh pertama tahun ini perolehan investasi tumbuh 10 persen (yoy), ditopang oleh PMA yang tumbuh 16,8 persen (yoy) dan PMDN naik 3,5 persen (yoy).
Dari sisi nilai, PMDN pada semester I/2021 mencapai Rp234 triliun, sedangkan pada 2020 perolehan PMDN tercatat sebesar Rp413 triliun. Perolehan investasi paruh pertama tahun ini mencapai lebih dari setengah perolehan tahun lalu.