Bisnis.com, JAKARTA — Uni Emirat Arab (UEA) berambisi mengincar investasi asing senilai US$150 miliar dan reposisi sebagai hub bisnis dan keuangan dari wilayah Asia dan Afrika, salah satunya Indonesia
Dilansir Bloomberg pada Minggu (5/9/2021), UEA yang telah menjadi kepala dari bisnis dan keuangan di Timur Tengah bakal bekerja sama dengan delapan negara, seperti dikatakan oleh Menteri Perekonomian Abdulla bin Touq dalam konferensi pers.
"Negara-negara tersebut di antaranya adalah Korea Selatan, Indonesia, Kenya, Ethiopia dan Turki," seperti dikutip Bloomberg.
UEA tengah bersaing ketat dengan tetangganya, Arab Saudi yang dipimpin oleh Putera Mahkota Muhammad bin Salman yang juga berupaya menarik investasi asing dan mendorong perusaahaan asing mendirikan kantor pusat di negaranya.
Namun, hingga saat ini, kebanyakan perusahaan global lebih memilih untuk membangun cabangnya di Dubai, salah satu sheikhdom, wilayah geografis yang dipimpin oleh sheikh, di UEA.
Adapun investasi asing senilai US$150 miliar diharapkan masuk dalam 9 tahun ke depan. Satu tujuannya adalah menjadi salah satu dari 10 tujuan investasi global terbesar pada 2030. Mereka juga fokus mengincar investor besar dari negara-negara termasuk Rusia, Australia, China, dan Inggris.
Salah satu aksi akuisisi terbesar yang dicatatkan oleh UEA di antaranya Uber Technologies Inc. yang dilakukan oleh perusahaan transportasi online Careem pada 2019 senilai US$3,1 miliar.
Kesepakatan itu memicu minat dari perusahaan modal ventura regional dan internasional untuk mendukung perusahaan rintisan Timur Tengah seiring dengan adopsi teknologi seluler yang cepat di wilayah tersebut.
Sementara itu, Indonesia resmi memulai perundingan dagang dengan Uni Emirat Arab di bawah pakta Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partneship Agreement atau I-AUE CEPA. Pakta itu telah ditandatangani Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dan Minister of State for Foreign Trade UAE Thani bin Ahmed Al Zeyoudi di Hotel Pullman Ciawi Vimala Hills, Bogor, pada Kamis (2/9/2021).
Indonesia, kata Lutfi, menargetkan ekspor barang industri dan berteknologi tinggi untuk ke kawasan tersebut. Ihwal produk ekspor itu, Lutfi beralasan Indonesia tengah beralih dari negara penjual barang mentah dan setengah jadi ke industri berteknologi tinggi.