Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Agustus 2021 sebesar 77,3, menurun dibandingkan dengan posisi Juli 2021 sebesar 80,2.
Penurunan IKK Agustus 2021 terutama disebabkan oleh melemahnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini. Penurunan IKK terjadi pada mayoritas kelompok pengeluaran, utamanya kelompok pengeluaran Rp3 juta dan Rp1 juta-Rp3 juta per bulan.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai penurunan IKK menjadi indikator lemahnya kondisi perekonomian terkini terutama untuk konsumsi dan daya beli masyarakat.
Sementara, walaupun pemerintah secara bertahap telah melonggarkan PPKM di berbagai daerah, hal itu belum bisa menjadi optimisme bagi pelbagai kelompok masyarakat.
"Penurunan IKK di bulan Agustus bisa diartikan bahwa meskipun pemerintah melonggarkan PPKM di beberapa daerah tetapi secara umum pelonggaran ini belum bisa ditangkap sebagai optimisme untuk beragam kelompok masyarkat," jelas Yusuf kepada Bisnis, Rabu (8/9/2021).
Optimisme masyarakat juga belum pulih jika dilihat dari aktivitas manufaktur yang masih terkontraksi pada Agustus 2021. Pasalnya, PMI Manufaktur Indonesia tercatat sebesar 43,7 poin pada Agustus 2021, atau berada di level kontraktif yaitu di bawah 50.
Baca Juga
Yusuf menilai baik IKK dan PMI pada Agustus 2021 semakin bisa menggambarkan kondisi perekonomian khususnya di kuartal III mendatang. Itu berarti pelemahan indeks PMI dan juga penurunan IKK mengindikasikan perekonomian di kuartal III/2021 berpotensi melambat.
"Artinya dengan indeks PMI yang melemah dan juga kemudian IKK yang menurun, indikator perekonomian di kuartal III besar kemungkinan akan melambat jika dibandingkan dengan kuartal II," tuturnya.
Seperti diketahui, konsumsi masyarakat atau rumah tangga memiliki porsi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Penurunan IKK ke level pesimis menandakan potensi pertumbuhan konsumsi yang melemah, dan berujung pada ikut melambatnya pertumbuhan ekonomi.
Yusuf mengatakan pemerintah pusat dan daerah perlu memastikan penyaluran bantuan secara lebih cepat untuk membantu kegiatan konsumsi masyarakat. "Sekarang, bagaiamana pemerintah, baik itu di level pusat maupun daerah, memastikan beragam bantuan tersalurkan lebih cepat, sehingga menjadi bantalan agar konsumsi masyarakat tidak terjerembab lebih dalam," pungkasnya.
Adapun, BI turut mencatat Indeks Ekonomi (IKE) saat ini menurun dari 67,1 pada Juli 2021 menjadi 59,4 pada Agustus 2021.
Penurunan IKK terjadi di mayoritas kelompok pengeluaran dan usia. Utamanya, pada kelompok pengeluaran Rp3 dan Rp-4 juta per bulan, dan kelompok usia di atas 60 tahun.
Secara spasial, penurunan keyakinan konsumen pada Agustus 2021 terjadi di 12 kota survei, di mana penurunan terdalam terjadi di Surabaya, diikuti Padang dan Makassar.
Sedangkan, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) terpantau menguat dari 93,2 pada Juli 2021 menjadi 95,3 pada Agustus 2021, meski masih berada pada zona pesimis.
Peningkatan tersebut didorong oleh ekspektasi konsumen yang menguat baik dari aspek penghasilan maupun kegiatan usaha ke depan, didorong oleh perbaikan mobilitas sejalan dengan relaksasi pembatasan aktivitas masyarakat.